Minggu, 10 November 2013

Waktu Senja Di Sini

  Bagaimana orang mendeskripsikan senja? Oranye? Burung-burung berterbangan? Angin berdesir kencang? Indah? Tentu saja, tak ada yang bisa menyangkal itu semua. Senja selalu indah. Di mana pun berada. Senja tetaplah senja, indahnya tak pernah padam walau terkadang hujan menghadang.

  Namun, ada yang berbeda pada senja di sini. Jika berbicara indah, tentu saja, sekali lagi kubilang senja selalu indah. Di mana pun, kapan pun. Jika kamu tidak percaya, tentu saja itu pandanganmu. Terkadang kita tidak bisa memaksa keindahan masuk kedalam setiap insan. Tidak harus.

  Ya, kubilang senja disini berbeda, kenapa? Pada senja yang selalu indah ini, di sekitar kampus terdapat aroma yang pasti kalian saja tak tahan menciumnya. Begitu nikmat. Membuat tenang. Lalu bertanya, dari mana aroma ini berasal? Terakhir, kalian pasti ingin menikmati hal sebenarnya dari aroma itu.

  Pada senja sekitar kampus pasti tercium aroma coklat. Setiap hari, aroma itu selalu menggoda setiap insan. Ketika aku jogging atau berjalan di kampus. Aku selalu mencari di mana sumber aroma itu berada. Aku pikir, itu aroma seseorang yang berjualan pisang coklat.

  Ternyata, itu tidak benar maupun tidak salah. Sejatinya aroma ini begitu hebatnya meyelimuti seluruh kampus. Dari ujung ke ujung. Entahlah, kata orang-orang, di dekat kampus terdapat pabrik coklat. Jika itu benar, aku pikir sebuah kewajiban pergi kesana dan melihat, tentu saja mencicipinya.

  Siapa yang tidak suka coklat? Oh, aku tak sedang menyindir wanita yang sedang diet. Tapi, sejatinya coklat begitu nikmat. Terdapat ketenangan dan kenyamanan setiap balutannya. Jujur saja, aku rajin mengkonsumsi coklat.

  Namun, tidak coklat batangan. Coklat serta karamel yang menyelimuti permukaan wafer coklat yang begitu nikmat. Jika kalian tahu itu apa, tentu saja aku selalu sedia dengan hal itu. Terkadang aku gunakan untuk mengganjal perut lapar, menghilangkan stres, ataupun dinikmati ketika santai.

  Entahlah, sekarang aku tak memilikinya lagi. Pada waktu itu, benar-benar kacau. Otak dan hati begitu lemah, bahkan kamu tiup saja, otak dan hati itu bisa rapuh berkeping. Saat itu pula dengan khilaf entah lima atau lebih wafer yang berbalut coklat dan karamel itu enyah.

  Kupikir itu kesalahan, sekarang aku merana. Kamu tahu? Terkadang aku harus berpikir dua kali untuk membelinya. Uang ini begitu mengekangku. Tapi, siapa peduli? Aroma coklat di senja itu sebuah bumbu legit yang tak setiap tempat aku temui terdapat itu.

  Di bawah pohon kelapa dengan dedaunan tertiup semilir anging, semburat oranye bercampur biru langit, kicauan burung berterbangan laksana bernyanyi, lalu aroma coklat yang menyelimuti. Lengkap sudah, malam siap menjemput. Senja telah tiba. Ini indah dan sederhana bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu