TRY !!!

  Hari demi hari menanti sebuah naskah yang tak pasti, gue tau penantian gue belum berakhir. Setelah gue mencoba menanyakan kabar naskah gue, entah naskah gue dimana, dengan siapa, semalam berbuat apa? Gue nelpon pihak penerbit, ya, gue masih gugup dan deg-degan setengah mata. Ini antara hidup dan hidup gue. Nggak mau mati !!!
  Gue pertama nelpon lewat hape nyokap, dan yak dua kali nelpon dua kali sibuk dan pulsa seribu langsung musnah (untung pake hape nyokap). Pas gue mau nelpon lagi dengan telpon rumah, ade gue yang balita tiba-tiba demam nelpon. Akhirnya ade gue nelpon kakek gue dulu. Sampai akhirnya waktu tiba, gue pun memberanikan diri dengan tangan di celana, takut ngompol.
  Gue nelpon, pertama gue harus berurusan dengan mbak-mbak. Gue sangat gugup, sempet terjadi berbagai percakapan gugup gue.
  "Halo, assalamualaikum selamat siang." ucap lawan percakapan gue.
  "walaikumssalam." sahut gue.
  "Ada yang bisa di bantu?" tanya lawan percakapan gue.
  "Gini mbak, saya mau konfirmasi naskah!?" gue jawab gugup. "Eh, mau nanya naskah mbak!" sambung gue. Padahal mah sama aja!! Betapa bodohnya gue.
  "Oh, naskah yang mana ? kapan ngirimnya?"
  "Zero basketball mbak, udah 3 bulan yang lalu." ucap gue. Mbaknya sempet bingung.
  "Oh bentar yak!" sahut mbaknya. Tiba-tiba nada keluar dari telpon. Gue harus menunggu lagi. Sekian lama kemudian gue udah numbuh jenggot, rambut ubanan, dan wajah kriput dan akhirnya percakapan di mulai lagi.
  "Permisi pak!" ucap lawan telpon gue. Gue bengong 'Pak?' dia bilang, pak?
  "Iya mbak."
  "Mau konfirmasi naskah?" tanya mbak itu.
  "Iya mbak."
  "Naskah dengan judul apa?" tanya mbak itu.
  "Zero basketball."
  "Oh, jero basketball." sahut mbak itu.
  "Z mbak, Zero !!!" ucap gue membenarkan.
  "Dengan atas nama siapa?" tanya mbak itu.
  "Muhammad Hilmy An Nabhany."
  "Muhammad?" mbak itu bingung.
  "Hilmy An Nabhany!" sahut gue.
  "Oh, sebentar yak."
  Gue pun legak, setelah terpojok di tanya-tanya (emang dasar gue ngomonya nggak bener sih). Gue menunggu dan terus menunggu. Nada menyebalkan dikumandangkan, menandakan gue harus menunggu. Sampai akhirnya...
  "Iya pak, naskahnya masih di evaluasi, kami baru keterima maret lalu. Mungkin juli baru ada kabar!?" ucap mbak-mbak itu.
  Gue ngangguk dengan tampang ngenes. "Oh gitu ya mbak. Makasih ya mbak." sahut gue. Gue sudah memegang pisau dan siap motong bawang. Bawangnya gue taro mata gue deh, nangis dah!!! Argh...
  Gue hanya bisa berdoa semoga naskah gue baik-baik saja disana.
  Setelah peristiwa itu, gue mencoba untuk mencari pengalaman. Pas temen gue ngetweet bahwa dia ngirim CV ke sebuah perusahaan yang mengadakan event selama liburan. Gue pun ngikut, dari pada liburan gue buram suram runyam !
  Gue pun mengirim CV seadanya. Dengan alasan yang dikit. Tadinya gue memasang alasan kenapa perusahaan itu harus menerima gue, seperi ini:

Saya mampu menggunakan program desain grafis, orangnya sedikit humoris, walau nggak manis yang penting sosialis, nggak seksualis karena agamais, saya bukan modelis atau gitaris namun saya penulis, walau nggak dramatis yang penting laris. Nggak romantis, tapi kritis. sekian terima kismis...

  Namun niat gue terurungkan, karena sudah terkirim yang sebelumnya. Lagian kalo gue ngirim beginian bukan diterima sebagai seorang desain grafis, tapi malah tukang ngamen yang jago memainkan kata-katanya untuk sebuah plantun lagu yang indah mengkhiasi kota jakarta dengan membutuhkan sereceh uang untuk menjalani hidup yang keras. Sedihnya pengamen. Hidup pengamen !!!
  Dan lagi-lagi gue harus menunggu, menunggu naskah penerbit, naskah di majalah, panggilan dari CV yang gue kirim. Dan sekarang gue lagi nulis blog naskah pelajaran. Padahal nggak punya ilmu tapi bisa bikin buku pelajaran. Mustahil ! Emang !