Gue pikir setiap pekerjaan itu mulai. Dan merupakan sebuah komponen yang sangat penting. Walau itu hanya komponen sekecil kutu kupret. Apa yang lu kerjain cintailah. Kaya gue, gue lagi berusaha mencintai kerjaan gue yang baru selama bulan puasa.
Gue jadi kurir Pizza. Walau terlihat gak elit, sebenarnya gue sempat beberapa kali harus merasakan kenikmatannya. Jadi kurir Pizza memang gak bikin kita kaya, tapi ada perasaan tersendiri yang membuat kita merasa lebih berguna dari pada pengemis jalan raya.
Ya, kebetulan keluarga gue lagi mencoba peruntungan jualan Pizza. Namanya, Family Pizza. Kebetulan pula menyediakan layanan delievery. Dan karena itu gue pun jadi agen delieverynya yang kebetulan gue itu seorang pengangguran yang taat.
Suatu hari nyokap gue kedapatan orderan. Gue pun diantar bokap, gue sama bokap sudah berpikir bahwa yang beli pizza orang itu. Yang tak lain anaknya merupakan teman gue. Nyokap nulis alamatnya adalah N2 No. 5. Sementara prasangka bokap gue M No.5 yang adalah rumah temen gue.
Gue ke rumah M No. 5 gue panggil temen gue, gue kasih tuh Pizza. Gue kasih dengan wajah polos dengan rintik hujan yang menerjang kepala gue. Temen gue yang kebetulan menyambut dan menerima beranjak masuk dan menanyakan kepada nyokapnya.
Dan ternyata, itu bukan Pizza buat rumahnya. Ternyata bener N2 No.5. Dengan segenap malu, gue beralih mencari itu rumah. Ketemu rumahnya, tapi ternyata itu rumah panti asuhan. Apakah mungkin? Bokap gue sih nggak percaya. Gue juga.
Kita nyari rumah Blok N yang sama nomornya dan gak ketemu. Pas balik ke rumah dan di telpon lagi. Ternyata alamatnya M2 No.5 yang deket banget dari rumah gue. Berarti buat apa gue muter-muter ke blok N yang ternyata berada di ujung sana? Oh tidak.
Selain pengalaman itu, gue juga punya pengalaman lain ketika menjadi kurir. Yak, gue mendapatkan tips. Mendapatkan tips dari seorang pria yang memesan pizza gue. Gue anterin tuh barang, anak kecil yang nyambut. Gue beri tuh pizza, doi minta uangnya ke nyokapnya.
Eh bokapnya yang keluar dengan uang seratus ribu. Gue gak ada kembalian, doi masuk lagi dan keluar lagi dengan uang gocap. Pizza yang kebetulan harganya 42 ribut ditotalkan itu, gue kembaliin 8 ribu karena dia ngasih 50 ribu.
Nah, pas itu seketika ribet banget dalam ngitung uangnya. Eh, orang itu ngasih gue dua ribu rupiah, yang artinya kelebihan itu. Gue pun mengucapkan terima kasih dan cengar-cengir sendiri. Akhirnya gue dapat tips. Dua ribu rupiah. Bangganya...
Ya, walau cuman jadi kurir. Emang seru kalau dijalani sepenuh hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu