Jumat, 12 Juli 2013

Mas, Itu Sendal Saya!

  Pernahkah kalian wahai umat muslim merasakan hal serupa seperti saya. Sendal ketuker ketika anda usai melaksanakan Ibadah Shalat di Masjid. Beruntung sih, dari pada sendal kita raip tanpa adanya ganti. Walau nanti kelak bakal diganti oleh yang Maha Kuasa.

   Sory, habis ceramah bawaannya religi mulu jadinya...

  Suatu hari, ketika shalat Jum'at, perasaan gue sih oke aja. Cuaca mendung, bawaannya jadi enjoy kemana-mana. Gue shalat dengan menaruh sendal abu-abu slop tepat di barisan paling belakang. Gue masuk ke masjid dan berniat untuk Ibadah.

  Selamat ceramah gue benar-benar serius memerhatikannya. Gue shalat berusaha sekhusu mungkin. Gue yakin gak bakal terjadi apa pun setelah ini. Karena, gue pikir ini hari yang bagus. Selepas gue bangun tidur sebelum shalat Jum'at.

  Pas mau pulang, bokap gue yang pada awalnya bareng sama gue nyuruh gue mempersiapkan pesanan khotib di rumah. Gue sih oke, pas gue cek sendal. Lho? Sendal gue mana!? Terlihat ada sendal mirip kaya gue. Tapi, gue yakin itu bukan hak gue dan bukan milik gue.

  Terpaksa gue pakai sendal bokap gue. Yang jelas-jelas beda sama sendal gue. Pas gue ngambil motor dan keluar dari lingkungan masjid. Gue mendapati sendal gue dipakai seseorang, ya gue yakin itu sendal gue, pasalnya firasat gue mengatakan seperti itu.

  Kebetulan dia di belakang gue, naik motor juga ngeboncengin tiga orang anak kecil. Setiba gue pun masuk kedalam percakapan yang membuat gue pengin buka puasa rasanya. Gue bertanya dengan sopan.

  "Maaf, mas. Itu sendal kayanya punya saya deh. Mungkin sendalnya ketuker. Sendal mas taruh dimana ya tadi?" tanya gue.

  Orang itu ngelirik sendal gue, yang jelas-jelas beda dengan sendalnya. Dan mungkin dia nggak sepenuhnya denger perkataan gue. Tampangnya memang agak 'tablo' kasarnya begitu. Wajahnya pun dibuat ketus. Ia menjawabnya. "Saya taruh dirumahlah!" setelah itu dengan perasaan tak bersalahnya dia melengos pergi begitu saja meninggalkan gue.

  Gue benar-benar emosi, rasanya dalam hati berkata. "Degan menanti degan... Es Degaaan..." Gue pun tiba di rumah dan menceritakan ini pada orang rumah. Dan mereka tertawa. Gue pun ngebawa pesanan khotib dan kembali ke masjid.

  Sampai di masjid, ternyata gue salah paham. Gue gak harus ke sana dan bawa pesanannya. Khotibnya nanti bakal ke rumah sama bokap gue. Gue pun gondok, gara-gara sendal otak gue jadi terpengaruh hal-hal ghaib yang jahat nih.

  Gue hanya bisa tersenyum geleng-geleng. Pada akhirnya gue putus asa dan pakai sendal milik orang lain yang ketuker sama sendal gue. Gue pasrah, gue bawa tuh sendal ke rumah sambil prihatin. Sendal dimana kamu berada? Kita bukan di sinetron 'Sendal yang tertukar' kan? Bukankan?

  Masalahnya adalah, bukan sendal gue lebih keren dan mahal dari pada sendal milik orang itu. Masalahnya itu, sendal dia masih lebih bagus dari pada sendal gue. Masih ada listnya dan mendinganlah dari pada sendal gue yang antah berantah kaya habis di bom atom.

  Gue kasihan aja sama orang yang ketuker sendalnya. Nasibnya sangat buruk harus ketuker sama sendal gue. Pesan yang bisa diambil dari kisah ini adalah, bawa sendal gembel aja. Ketuker gak rugi. Tapi, jangan lu yang nuker. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu