Baruuu aja denger lagu Saykoji terbaru dan aku merasa ituuuu sangat kereeeeeeeen. Bagaimana seorang ayah dengan anak, ah menyenangkan sekali rasanya jika melihatnya.
Belakang ini aku dirumah, tapi lebih sering ngobrol sama ummi doang, cerita soal gimana abi sangatlah cuek dan jutek. Sekalinya ngobrol sama abi pun paling ketika berangkat ke masjid. Itu pun sekena-nya ada bahasan aja.
Terus ummi tiba-tiba ngomong, "Nanti kalau kamu punya anak jangan ngasih semua fasilitas ke anaknya."
Aku menyahut dengan cepat. "Iyalah, gak akan, Mimi mau anaknya sesusah mimi nanti." Aku ketawa jahat, susah maksudku adalah apa-apa harus berjuang dulu, gak ada tuh dikasih cuman-cuma, agar anakku nanti tahu, semua akan terbayar lewat perjuangan hehe.
Ummi juga bilang, pas golden age pokoknya istri gak boleh kerja apalagi sampai anak ditinggal dulu (ini terlalu visioner sih), tapi mengingat materi-materi atau bacaan-bacaan selama Tugas Akhir, rasanya aku cukup mengerti pentingnya Golden Age dan hal-hal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Beberapa yang buat menarik juga adalah postingan-postingan dari Ayah Edi di Facebook, bagaimana edukasi di Finlandia membebaskan anak-anak untuk menjadi apapun dan belajar apapun serta menghargai apapun. Lalu edukasi di Jepang bagaimana mengutamakan adab (ahlak) dahulu baru akademis dalam pembelajarannya.
Benar-benar itu membuat aku penasaran, aku juga dari kecil rasanya kurang puas dengan pendidikan yang ada, bagaimana aku lebih penasaran dibanding hal yang tidak ada di sekolah. Tapi, semua dihabiskan oleh mengerjakan PR. Heuh.
Hari kemarin pun mendapati ilmu tentang cara belajar berdasarkan Al Qur'an. Bagaimana kurikulum bisa dibuat berdasarkan Al Qur'an. Dari gimana ayat-ayat Al Qur'an menjadi sebuah inti pembelajaran hingga pengaplikasian, dan menarik. Semua itu mungkin akan dijabarkan secara luas di buku kurikulum manusia yang ditulis Munif Chatib dan akan segera kelar, disitu kalian mungkin dapat banyak dan lebih jelas bagaimana belajar beradasarkan Al Qur'an.
Beberapa hal menariknya pembelajaran seperti yang diteorikan oleh Munif Chatib dijadikan kurikulum di Jepang, bagaimana anak-anak belajar bukan karena ketetapan dari sekolah tapi dari keingintahuan anak terhadap sesuatu hal, dan memang beberapa sudut pandang bagiku seharusnya kita menjawab keingintahuan anak selain memberi wawasan lainnya. Mungkin kurasa, ilmunya akan lebih melekat dan teringat oleh anak itu.
Beruntung juga anak yang dibebaskan untuk memilih jalan hidupnya, menjadi apa dia, sekolah dimana, kerja dimana, hobinya apa, asal tentu tidak menentang syari'at Islam. Tapi tetap arahan dari orang tua begitu penting. Itu selalu terbayang-bayang olehku, walau beberapa hal sebenarnya aku dapatkan dalam hidupku.
Ah, rasanya semakin gak sabar ngurus anak (dalam artian sesekali ngurusnya), tapi gak kebayang juga kalau harus jagain anak tiap hari.
Ah rasanya pengen cepet-cepet punya anak dan bereksperimen parenting-parenting selama ini di dapat, rasanya optimis banget gitu. Semoga rezeki dan berkah dari Allah senantiasa terus diberikan kepadaku dan kalian dan ummat Islam diseluruh dunia. Aamiin...
***
Oh ya setelah perdebatan keras, 2022 atau 2020, tampaknya masalah perizinan tergantung kebahagiaan orang tua. hehe... semoga kita bisa membahagiakan orang tua terus ya... Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu