Semenjak di Badr, entah kenapa aku merasa jadi seorang
wartawan, entah berapa banyak orang aku tanya soal kehidupan, soal tujuan, soal
pilihan, dan aku mendapatkan banyak hal menarik yang membuatku merasa, “kok aku
gak ada gairah kayak mereka ya?”
Beberapa wawancara dan menelaah orang-orang keinginan
mereka bahkan tidak pernah aku sadari, dan juga temen-temen dikuliah pun
ternyata keinginan dan tujuan mereka sederhana tapi punya. Karena dengan punya
aku rasa membuat hidup lebih menantang dan berarti... mungkin.
Jika dilihat, ada yang mereka ingin pulang ke kampung
dan membuat usaha entah apa, ada yang ingin menjadi ilustrasi buku anak dan
mempunyai bisnis sendiri dari pergerakan islam lewat industri kreatif, ada juga
yang ingin menjadi penulis buku anak, ada juga yang ingin menjadikan produknya
bermanfaat untuk umat, dan banyak lagi yang mungkin aku tak sadar mereka
menyebutkannya.
Lalu giliran aku yang ditanya mereka, lima tahun atau
ke depannya nanti apa yang mau kembangin? Apa yang kamu inginkan? Apa dan apa?
Aku hanya bisa melepas cengengesku, aku ingin berkata menjadi desainer tapi aku
merasa bingung jadi desainer seperti apa ke depannya, aku ingin menjadi penulis
yang lebih hebat dari Tere Liye, tapi gadget lebih dominan daripada baca buku.
Walau itu bukan berarti aku tidak boleh bermimpi. Lalu aku kebingungan, dan
tidak menjawab, mungkin menjawab, tapi tidak semantap mereka-mereka yang sering
aku tanyai.
Jadi, apa tujuan hidupku selanjutnya saat ini? Setelah
kemarin-kemarin aku bermimpi dan merasakan pahit serta manisnya perjuangan,
sekarang apa?—tentunya diluar konteks untuk mendapatkan ridha Orang Tua dan
ridha Allah.
Ketika aku menulis ini, aku masih memikirkannya, jadi
apa ya?
Jawaban paling aman, menjadi orang yang bermanfaat
bagi umat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu