Senin, 23 April 2018

Instropeksi Diri Sendiri

Seperti sedang disentil. Saat itu aku hadir ke acara Islamic Book Fair yang diadakan setahun sekali, aku berhempitan, berkelana dengan padatnya pengunjung yang ada untuk menemukan panggung utama.

Aku beberapa kali salah panggung, aku kira panggung utama di dalam gedung, ternyata panggung utama di gedung bagian luar. Aku berdiri disana, seorang aktor dan sekaligus pendakwah sedang berbicara tentang bukunya #mncrgknskl yang akhirnya aku beli.

Pria itu menjelaskan, sebelum jauh kita melihat kesalahan pada orang lain atau masalah-masalah dari luar, seharusnya kita sudah instropeksi diri, apakah kita telah berbuat dosa dan semacamnya yang mengakibatkan masalah itu? Itu menarik dan semakin menyadari betapa pentingnya tabayyun.

Setelah Pria itu menjelaskan cukup banyak, akhirnya dia menyudahi dan saatnya berganti ke Ustadz Salim A Fillah. Sebelum itu, ada seorang MC yang berbicara, dia melakukan promosi sebuah baju koko dari usaha baju yang dimiliki Ustadz Salim A Fillah, baju koko itu akan dibagikan gratis dengan syarat. MC berkata. "Siapa yang semalam atau bertahajud khusus untuk mendoakan saudara kita di suriah atau palestina atau umat muslim yang menjadi korban?"

Lalu tak ada seorang pun mengacungkan tangannya hingga membuat MC terheran termasuk diriku. Lah? Dalam hatiku, aku kira, selama ini kita menyerukan kekecaman kepada mereka yang membantai umat muslim, teman-teman lainnya telah mengirim doa untuk mereka yang terdzalimi, bahkan orang-orang yang mengenakan baju palestina atau semacamnya, aku kira doa merekalah yang paling keras. Aku juga lalu menginstropeksi diri, bagaimana dengan diriku? Apakah aku juga telah mendoakan? Apakah ternyata aku cuman berkata, mengumpat, para penjajah itu tanpa mendoakannya? Bukanya senjata terhebat orang muslim adalah do'a? Tapi tetap juga diimbangi dengan daya upaya.

Akhirnya ada seorang yang mengacung dan dia dipersilahkan ke panggung untuk mengambil baju koko tersebut. Aku tersesnyum dan seolah disentil halus. Aku berkaca kebelakang, selama ini, aku sering kali berkata ingin ini ingin itu, berkata pada orang lain akan keinginan aku itu, rasanya aku cerewet sekali hanya karena ingin ini ingin itu ke orang-orang termasuk orang tua. Aku pun sedikit demi sedikit berupaya dengan tindakan. Tapi, setelah momen diatas itu, aku berpikir. Apa pernah aku berdoa ingin ini itu tersebut? Jika pernah, seberapa keras doaku itu, seberapa kuat aku bangun malam aku mengadu kepada Yang Maha Pemberi dan Maha Pengabul?

Saat itu aku tertawa sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu