Jika menilik dari kehidupanku, aku hanya 5 tahun kurang lebih tinggal bersama ibu dan ayahku--aku panggil ummi dan abi. Ya, 2 tahun pertama aku bersama orang tuaku, 3 tahun SMK aku bersama orang tuaku. Sebelum tiba SMK aku dibesarkan nenek dan alm. kakekku yang aku sayangi sekali, dan sisanya aku hidup lepas sendirian diluar sana~
Aku baru sadar, setelah banyak hal, banyak perbincangan ditengah hujan deras saat aku berkunjung ke bandung di dalam Lab Multimedia tercinta, aku berbincang dengan seorang adik kelasku yang tidak bisa balik karena terjebak hujan.
Perbincangannya begitu pan jang, tapi ada hal yang baru aku pahami betapa pentingnya orang tua yang dekat dengan anaknya dan merasakan seperti sebuah pertemanan diantara mereka.
Adik kelasku menjelaskan, sebaiknya, ketika pertumbuhan remaja orang tua begitu dekat dengan anak, untuk anak cowok dekat dengan ibunya, untuk anak cewek dekat dengan ayahnya. Kenapa? Agar mereka tidak melencengkan dan selalu merasa punya temen untuk bercerita, untuk berpergian atau semacamnya dan menghindari dari namanya bergantungan ke lawan jenis atau bergaul ke lawan jenis.
Dari situ aku tersadar, apakah selama ini aku malas untuk berjumpa keluarga, atau berpergian dengan keluarga, dan bahkan tak sedikit aku mementingkan main bersama teman-temanku karena ini? Karena aku tak dekat dengan mereka, hanya 5 tahun aku serumah dengan mereka dan aku pikir aku tidak sedekat itu, tidak menganggap mereka layaknya teman dekat. Bahkan, aku takut untuk cerita hal yang lebih detail dan bahkan suka aku galaui, karena dikepalaku terbayang mereka akan menceramahiku berjam-jam, berhari-hari, mungkin selama hidupku dan tak luput memarahiku.
Terkadang, aku ingin sekali bercerita hal-hal yang mungkin aku ceritai ke teman-temanku, tapi ummiku sudah begitu lelah ketika aku pulang kerja, tak jarang ummi berbaring sakit. Sekalinya terdapat momen itu, aku rasanya takut, kata-kata itu rasanya tak bisa keluar dari mulutku. Akhirnya aku menceritakan hal umum yang terjadi di kantor saja. Tidak lebih dan tidak kurang. Paling-paling berujung cerita dari keluh kesah nenek aku terhadap ummiku.
Terkadang aku suka membayangkan, pergi berdua bareng ummiku, sekadar makan atau bermain, atau mungkin berbelanja? Semoga Allah memberikan rezeki untuk itu. hehe. Ya, tapi ada momen dimana, aku merasakan kehangat keluarga, ya momen itu bener-bener aku rasai dan aku rasanya tidak malu bermain atau berpergian bersama keluarga. Bahkan aku rasanya pengen gelendot ke ummiku terus.
Kisah itu adalah perjalanan jauh ke solo yang dilanjutkan ke cepu untuk berjumpa nenek dari kakekku. Ada suatu momen ketika adik kecilku Ahmad sedang bete, lalu bertemu semacam timezone. Lalu kita beli koin dan main bersama, rasanya bahagia sekali, bersaing bersama adikku yang cowok yang tingginya sudah mengalahiku dan ternyata aku kalah dalam permainan lempar bola basket. Lantas bermain bowling-bowlingan bersama abiku dan banyak hal lainnya, yang selama ini hanya bisa aku tontoni ketika aku berkunjung ke tempat seperti ini dan rasanya sayang uangnya untuk dikeluarkan hanya agar bisa bermain seperti ini.
Tapi, saat itu rasanya beda, uang seolah tiada artinya, rasanya aku bahagia bisa bermain ini itu bersama adik-adikku. Rasanya, terdapat kehangat keluarga dan betapa menyenangkannya pergi bersama keluarga saat itu. Namun, sayang itu hanya sebentar. Karena perjalanan itu tidak panjang lalu aku dan adikku berpisah, dan sekarang aku sendiri lagi untuk menulis ini.
Beberapa waktu aku pulang, aku memaksakan diri untuk belajar bersama ummiku, walau kadang malah cerita-cerita dan aku males belajar. Tapi, rasanya aku ingin dekat dengan mereka dalam waktu yang lama agar aku merasakan hidup keluarga yang begitu ramai.
Bahkan dulu, adik-adikku sering mengeluh. Rasanya seperti aku tidak pernah ada, mereka merasa tidak punya kakak laki-laki tertua. Aku tidak sedih saat itu, karena aku juga merasa seperti tidak punya adik. Sekarang, semua berpisah, tidak ada yang seatap. Perjalanan masing-masing semoga membuahkan pelajaran dan kebaikan-kebaikan yang bisa dibagikan ketika bertemu kelak.
Namun, bukan berarti orang tua dianggap teman lantas kita bisa seenaknya, kalian tahu definisi teman yang tepat seperti apa untuk orang tua kita. Semoga orang tua kita sehat selalu dan diberikan kemudahan segala urusannya tentu tak luput semoga masuk ke surga-Nya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu