Belakangan ini, hal-hal mudah sekali viral, sehingga perdebatan banyak sekali berdatangan. Hal yang paling menyita waktu belakangan ini adalah perihal kata fiksi. Ya, ini begitu ramai dibincangkan perihal runtuhnya Indonesia dan perang 2030 yang tertulis dari novel fiksi. Setelah perdebatan tentang itu dilakukan, ternyata menambah trending topik atau hal viral lainnya, yaitu pernyatan Rocky Gerung terhadap kitab suci adalah fiksi.
Boom.
Semua tersontak, bagi lawan dari pihak Rocky ini adalah sebuah waktu yang tepat untuk melakukan balas dendam dalam pencemaran Islam (dimana pihak lawan menganggap Al Qur'an yang dimaksud oleh Rocky dan merasa sedang dilecehkan). Bagi pendukung pihak Rocky ini harus diklarifikasi agar pihak lawan tidak serta merta menafsirkan sebagaimana hawa nafsu mereka. Peperangan ini terus berlangsung, hingga semua binasa (?)
Ya, aku tidak ingin bicara banyak seoal peperangan kedua kubu tersebut. Aku tertarik, tapi bagiku, mereka hanya merebutkan tahta. Tak ada bedanya seperti serial game of throne, atau anime-anime lainnya salah satunya adalah Magi (karena sedang kutonton).
Hal menariknya adalah bahwa disini menjelaskan, seseorang berpikir sesuai apa yang mereka lihat, mereka pelajari, mereka rasakan, dan akhirnya mereka pahami. Sehingga apa yang keluar dari mulut mereka ya hal-hal yang mereka terima selama ini.
Pernyataan Rocky yang mengundang tanya pun dijelaskan dengan bijak oleh Ust. Adi Hidayat, dan dari penjelasan itu dapat disimpulkan. Bahwa apa yang kita ucapkan adalah apa yang kita terima selama ini. Jadi, mudah sekali memang melihat kualitas pembelajaran atau inputan seseorang dari perkataannya. Sehingga terbentuklah pemikiran orang itu sesuai apa yang mereka ucapkan. (ini nulis apa aku bingung sendiri membacanya)
Selain inputan sesuai dengan keluaran, Ust. Adi Hidayat pun menjelaskan soal perkataan yang dapat dibagi menjadi dua (kalau tidak salah seperti ini), pertama untuk nasehat, dalam konteks nasehat yang dilihat adalah omongannya yang menjuru kebaikan mau siapapun yang berbicara. Konteksnya adalah isi dari omongannya. Berbeda dengan buah pemikiran atau ideologi, jika bicara pemikiran maka yang dilihat adalah siapa yang berbicara? Sebagaimana hal ini terlihat, pemikiran Rocky bahwa kitab suci itu fiksi dapat diartikan kitab suci yang dimaksud adalah kitab suci yang selama ini Rocky yakini atau maknai sehingga beliau dapat menyimpulkan kalau kitab suci itu fiksi.
Allahu'alam jika ternyata Rocky memasukkan Al Qur'an dalam tujuannya, tapi memang ini hal sensitif, tapi yang ingin digaris bawahi adalah apa yang kita keluarkan adalah apa yang kita terima. Begitupun anak-anak, setelah kemarin mendapati kelas pembelajaran anak-anak di sesi sharingnya badr--kantorku. Ternyata, inputan anak-anak dimasa kecil sangatlah penting untuk wawasan dia dan pemahaman dia selama hidupnya.
Beberapa hal menarik adalah, anak-anak tidak boleh dibatasi dalam berpikir, penting bagi kita membiarkan anak dalam cara berpikirnya. Kedua, bagiku yang tidak kalah pentingnya adalah sentuhan riil, karena dengan melihat benda riil, inputan anak bisa membuncah tumpah ruah, bahkan yang mungkin tak kita pikirkan. Benda riil itu dapat memicu anak untuk berpikir dan bertanya-tanya lebih banyak, misalkan--contohnya jeruk--ketika kita kasih gambar jeruk maka yang dilihat dan ditankap anak adalah lingkaran, oranye, kulitnya bolong-bolong. Tapi ketika kita memberikan anak buah jeruk secara langsung, anak dapat berpikir jauh, berimajinasi tinggi, ya dia bisa saja mengupasnya, tahu jeruk berserat, tahu jerut asam, tahu jeruk memiliki biji dan banyak lainnya. Maka inputan sangat penting untuk perkembangan anak.
Bicara inputan dan ouputan atau masukkan dan keluaran juga sangat terasa di dunia kerja. Kakak kelasku yang merupakan CEO timku sedikit curhat kepadaku tentang keluh kesahnya dia--yang merupakan seorang anak IT dengan kemampuan yang dibilang diatas rata-rata--harus pusing dan secara tidak langsung hampir menyerah ketika harus memikirkan produknya dalam segi bisnis. Dia berkata kurang lebihnya adalah lebih baik dia mengurusi fitur-fitur di aplikasi dari pada dia harus memikirkan bagaimana bisnis aplikasi yang ia pimpin.
Maka terkadang bagi beberapa orang dengan bekerja yang tidak sejalur passsionnya mungkin, tidak sejalur apa yang dia pelajari selama ini mungkin, dia harus belajar lebih giat lagi untuk memahami dan menikmati apa yang dia lakukan (bagiku), tapi jika sudah sejalan, mungkin masalahnya adalah pengembangan dirinya hingga dia tidak merasa bosan.
Jadi perbincangan yang cukup panjang ini dari seorang tokoh hingga kerjaanku adalah ... Ya, jadikan inputan atau masukkan diri kita adalah sesuatu yang berkualitas dan baik sehingga keluarannya serupa karena mereka berbanding lurus. (tiba-tiba aku merasa mengajari orang-orang). Mungkin terlihat menggurui, tapi ini bentuk refleksi diriku sendiri bahwa pentingnya bagiku untuk membaca, menonton, mendengar, berdiskusi dan banyak hal lainnya yang berkualitas, apa standar berkualitas? Mungkin kitalah yang bisa mengukurnya sendiri, terpasti ialah Al Qur'an, hadist, sejarah kenabian, dan semacamnya agar kita tidak mudah paham dengan tipu daya setan dan berkata layaknya setan pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu