Jumat, 20 April 2018

Menulis Itu ...

Tiba-tiba aku menggebu-gebu, memang hal paling membuat kamu semangat untuk melakukan sesuatu itu melihat orang lain melakukan hal serupa dan ternyata mereka melakukannya begitu menyenangkan. Tersentak diri merasa ingin ikut bersenang-senang dengan melakukannya, dengan segera.

Aku segera beranjak dari kasur tipis di kantor sebelah--jadi aku tinggal dikantor, dan kantor memiliki 2 tempat--aku beranjak dengan nafsuku untuk menulis ini. Setelah aku membaca beberapa hal, entah kenapa aku merasakan menyenangkannya membaca dan serunya menulis hal-hal tentang kehidupan yang kita alami, mungkin dulu aku pernah melakukannya, dan sekarang aku rasanya tak ingin terlewat.

Menulis untuk mengenang, terkadang aku berpikir, waktu terlampau begitu cepat, rasanya sayang jika semua itu ada diingatan dan mungkin kadang terlupakan. Jika menilik cerita-cerita lama, cerita-cerita lama orang lain, atau sejarah-sejarah, menulis tuh cara paling keren untuk mengenang atau bahkan dikenang. Tentunya untuk pembelajaran kehidupan.

Menulis untuk merasakan, terkadang aku menyadari, ketika aku mengingat hal, aku hanya seperti berada dalam hal tersebut, tidak, aku tidak benar-benar memahami hal tersebut. Tapi, renungan diperjalanan malam alangkah indahnya dituangkan dalam tulisan, tanpa sadar setiap merangkai susunan kata-kata mengandung renungan dan penghayatan. Bagaimana kita berpikir, bagaimana kita bertindak. Rasanya aku sangat malu, benar-benar malu akan apa yang pernah aku perbuat jika aku harus merenung, tapi terkadang aku tak sadar melakukannya. Apa kalian pernah begitu?

Menulis untuk berbagi. Ada beberapa orang menulis berpikir hanya untuk merefleksikan dirinya, tapi mereka terkadang tak sadar, mereka sedang berbagi hal penting yang tak pernah orang lain pikirkan, tak pernah orang lain rasakan. Menulis layaknya mengajak, membantu sedikit menerangkan untuk membayangkan hal yang begitu dahsyat. Kebaikan salah satunya. Terkadang hal sepele itu adalah kebaikan besar yang tak pernah dirasakan oleh orang lain.

Menulis untuk membaca. Aku sering, ya tepatnya itulah alasan aku membaca. Eh ini kebalik gak ya? Tapi biar keren gitu judulnya, jadi aku tulis menulis untuk membaca. Aku adalah pemalas, orang yang super pemalas, aku tidak suka membaca kata-kata begitu panjang, tapi mudah untukku dialog singkat layaknya komik. Lalu aku terpaksa membaca, karena aku harus menulis, karena aku ingin menulis, setidaknya aku harus membaca. Karena inputan akan menghasilan keluaran (sebenarnya pagi ini aku ingin menulis perihal ini, tapi malah nulis beginian. Sudahlah). Jika aku tidak membaca, maka aku akan miskin, ya, miskin akan tulisanku, akan pikiranku, dan akan wawasanku.

Sebelum aku melanjutkan, biarkan aku sedikit tenang dengan nafsu yang menggebu-gebu ini. Mengaduk teh hangat ternyata cukup menenangkan ditambah seruputan manis diujung bibir yang membuat perut sedikit terisi... Aku lapar.

Menulis untuk cukup. Aku merasa dengan menulis terdapat rasa syukur yang begitu mendalam. Bagaimana kita merasa bahwa apa yang kita dapatkan yang kita rasakan adalah sebuah kenikmatan jika kita perhatikan dengan baik-baik. Maka dari itu aku pikir dengan menulis aku bisa merenungkan bahwa ternyata yang aku lakuin atau kejadian yang terjadi terdapat hikmah yang berharga, entah itu ketika sedang sial, atau sedang bahagia. Rasanya semua itu sangat berarti dengan menuliskannya, hingga kamu mungkin tidak ingin melewatkannya untuk ditulis, bukan begitu? Hayo, seberapa banyak draft yang kamu punya?

Menulis untuk kaya. Tadi cukup, kok sekarang kaya? Aku pikir, menulis adalah sebuah amalan, jika terkandung kebaikan, maka amalan bagi kita bukan? Mungkin, kita tidak pernah tahu, seorang berubah menjadi baik karena tulisan kita. Karena pengalaman berharga kita untuk jadi pembelajran untuk orang lain. Kita tidak pernah tahu, tapi tetaplah menulis untuk kebaikan.

Menulis untuk memurnikan. Terkadang aku begitu kesal, lalu aku menulis, dan rasanya lebih tenang. Tentu saja hal lebih tenang adalah berdoa dan bercerita kepada Allah, tapi ini mungkin salah satu ketika kamu tidak memiliki temen yang bisa diceritakan apa saja. Menulis terkadang membuat tenang, karena apa yang kita pikirkan tersampaikan, walau entah siapa yang membacanya.

Menulis untuk menang. Pertarungan dunia tak luput dari tulisan, menggiring opini, memantapkan ideologi, menulis adalah bentuk upaya untuk sebuah kemenangan sebuah pemikiran yang tertanam. Maka tak sedikit tulisan berisikan tentang siasat, daya dan upaya, serta berbagai macam hal untuk memenangkan sesuatu.

Aku tertawa ketika bernafas sebentar untuk menulis ini, aku pikir sudah cukup. Sebenarnya banyak makna menulis bagiku, tapi aku seperti orang kesurupan untuk menulis ini, dan sebenarnya lagi aku tidak ingin menulis soal menulis (nah loh, nuliscepetion), tapi apa daya, otak meminta ini dituangkan, karena tanpa sadar (baru aku sadari), menulis begitu bermakna bagiku.

Mungkin kalian punya definisi menulis lainnya, dan tidak masalah, karena ini masalah sudut pandang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu