Waktu sudah melebihi kapasitasnya. Kembali menuju nol, layaknya hidup baru. Dan hari baru memang sudah tiba. Namun, akar pikiran serta embel-embelnya terus memusat pada perkara kemarin-kemarin. Saat itu aku berpikir keras.
Seandainya aku amuba, kuharap bisa membelah diri.
Seandainya aku naruto, kuharap aku bisa memiliki seribu bayangan.
Tapi, apa daya. Pujangga pun bukan. Aku hanya orang rakus akan mimpi, dan berharap tak membuang waktu hanya karena tak ada yang peduli. Lalu aku berhenti sejenak, dan berpikir lagi. Kupikir aku sudah melangkah begitu jauh, tapi sayangnya, langkahku tidak di satu jalan. Seolah kakiku banyak, aku tersesat di semua kesempatan hebat ini.
Oh Tuhan, Engkau terlalu baik, memberiku banyak kesempatan. Hingga aku enggan untuk menolak, dan pada akhirnya aku curiga. Ini semacam godaan seperti layaknya Nabi Adam memakan buah yang dilarang. Apakah kesempatan ini sebenarnya dilarang? Hanya Engkau yang tahu.
Dan aku siap terlelap. Mungkin bukan pemikiran yang terus kulakukan, tapi tindakan pasti akan semua masalah yang semulanya adalah kegemilangan yang bertubi. Terkadang aku takut dianggap, saat kuyakin mereka akan melupakannya. Terkadang berpikir tak dikenal, tak perlu ada kesedihan di dalam situ.
Biarkan, biarkan aku terlelap malam ini. Bermimpi layaknya para bocah ingusan di tengah sawah dan berteriak. Di tengah angin sepoi-sepoi, ditengah usapan halus dari para padi yang bergoyang beriringan. Kuharap aku masih bisa bermimpi, saat ini dan setelahnya. Setidaknya seperti yang kubayangkan barusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu