Minggu siang, sedikit terik kadang redup. Saat itu menjelang makan siang, aku bertanya ke teman sebelahku yang baru saja kukenal hari itu tapi sudah cukup akrab karena harus menyelesaikan tugas bersama-sama.
"Mau makan keluar apa gimana, mas?" Tanyaku mengajak makan bareng.
Dia tersenyum sambil menjawab. "Nggak, saya bawa bekel." Katanya. Lalu dilanjutkan. "Dibawain nih, sama Istri." Dia tertawa kecil.
Aku yang tidak mau kalah juga bilang ke teman sebelahku ini. "Saya juga bawa bekel mas, tapi nasi doang sih hehe."
"Dibawain istrinya apa gimana?"
Aku menyengir dengan bangga. "Oh, enggak, ini dari ibu yang bawain hehe."
Lalu dari situ seharian teman sebelahku itu terus membuli ku tentang kejombloan dan dia cerita tentang istrinya. Jadi teman sebelahku ini merupakan guru bimbel fisika disuatu tempat, dia baru nikah 4 bulan yang lalu, senyumnya katanya terlihat lepas tanpa beban kalau udah nikah kata temen di depanku, nah istrinya itu ternyata juga dulu ngajar di sana--tempat bimbel teman sebelahku mengajar. Dan ternyata mereka sama-sama ngajar fisika.
Aku iseng menyudutkan. "Jadi kalian tuh cinlok ya, Mas?"
Temenku kikuk gitu kayak tidak yakin. "Cinlok gak ya, ah enggak kayaknya deh..."
"Tapikan kalian sama tuh ngajarnya, cinlok pasti aah..." Godaku cekikikan.
Pembicaraan itu aku lupa berakhir gimana, soalnya teman di depanku ikutan nimbrung, dia lebih muda 2 tahun dibandingku. Dia ikutan bertanya-tanya ke temen sebelahku. "Wah, kalau istrinya udah bisa jadi enak dong ya, nanti pulang tinggal ngulang sama istrinya." Kata teman didepanku berkata terkait materi siang itu.
Aku menimpa. "Iya ya, kalau kita?" Aku melirik ke depanku. "Sendiri-sendiri paling ngulangnya..." aku menambahkan. "Atau nggak, kita berdua yaa..." Kataku ke pada depanku dengan memasang wajah memelas.
Lalu kami bertiga tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu