Senin, 13 Mei 2019

Berpikir Serius

Beberapa hari belakangan ini sungguh banyak sekali obrolan-obrolan yang membuka pikiran ini. Dimana sebelumnya sudah meyakini kayaknya udah sulit nih berpikir besar, biarkan hidup mengalir dari momentum ke momentum. Tapi, beberapa hari belakangan ini membuatku jadi kepikiran untuk merencanakan hidup yang lebih besar lagi.

Ada satu konsep yang membuatku terhentak dari kenyamanan kondisi saat ini. Konsep itu bernama Berpikir Serius (At Tafkîr al-Jiddiyyah) yang dikemukakan oleh Syekh Taqyiuddin an Nabhani. Ada beberapa tahap bahwa kita memang sedang berpikir serius dalam hidup ini.

Pertama, memiliki goal yang konsep yang dicapai dengan batasan-batasan yang jelas. Pastinya adalah sesuatu yang besar. Kedua, tahu langkah-langkah mencapainya. Ketiga, keluar dari rutinitas yang tidak tahu tujuan dari rutinitas itu sehingga menghilangkan spirit perjuangan mencapai goal itu. Kalau telah melakukan tiga hal itu, barulah kita bisa disebut berpikir serius.

Ada tambahan, ketika sudah mencanangkan goal yang tinggi dan jelas, kita fokus saja dengan langkah-langkah yang sudah kita tentukan. Karena sering-sering kita melihat goal membuat kita merasa lelah. "Kok nggak sampai-sampai ya ke goal kita?" Kalau kita fokus ke langkah-langkah, tanpa sadar kita berjalan semakin dekat dengan goal kita.

Dari konsep itu, membuatku menelaah ulang kehidupanku sekarang. Hmm, ku mulai kehilangan arah dan terjebak oleh rutinitas. Ku juga perlahan susah sekali untuk tumbuh, tak ada pemicu dan tak ada pemacu. Memang tujuan itu sungguh penting sekali, agar tertap tumbuh dan terarah.

Sebenarnya banyak lagi hal-hal menarik yang membuka pemikiranku untuk terus tumbuh, untuk semakin melebarkan sayap, salah satunya juga membuka lingkar sosial. Belakangan ini memang sudah mulai kehabisan orang yang bisa ku ajak bicara, beberapa orang sudah ku ketahui cerita-ceritanya, mungkin memang perlu ikut sesuatu di luar kantor. Dulu pernah kepikiran mau ikutan komunitas ah, eh tapi bingung komunitas apa yang cocok. Padahal, jika dipikirkan kesukaanku itu cukup banyak, tapi kenapa susah banget ya... Atau emang dasarnya masih nyaman di keadaan ini?

Fase kehidupan terus berlanjut, jangan sampai terombang-ambing ketika waktu sudah semakin menipis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu