Selasa, 07 Mei 2019

Halo Sepi Halo Sedih

Halo Sepi
Halo Sedih

Hmmm... Belakangan ini walau ramai tapi rasanya kok sepi sekali yaaa... Apa karena kurang mendekatkan diri dengan Allah? Mungkin salah satunya itu.

Belakangan ini juga sedih, terlebih ketika beberapa hari belakangan ini. Rasanya sedih aja, jika ditanya apa yang menyedihkan? Aku tidak yakin bisa menjawabnya.

Aku ingat kedua rasa itu ketika sakit beberapa minggu yang lalu. Rasanya sepi sekali, walau sesekali senang masih ada umi di rumah. Terus juga sedih karena dengar ceramah ustadz Adi Hidayat terkait QS An-Nisa (34).  Nggak cuma sedih sih, tapi rasanya takut juga. Sebenarnya beberapa minggu yang lalu aku ingin membahas soal ini, tapi karena mengendap di kepala terlalu lama, keburu males deh.

Halo Sepi
Halo Sedih

Beberapa malam sebenarnya ramai, tapi rasanya seperti sendiri. Ya, bisa dibilang sepi di tengah keramaian. Mungkin karena banyak yang tidak kenal juga dan semua sibuk masing-masing. Terus, tetiba begitu saja sedih, entahlah, seperti yang kubilang di atas. Aku tidak yakin bisa menjawab kenapa aku sedih.

Sebenarnya beberapa malam juga ada yang bikin senyum-senyum sendiri sih, lucu aja rasanya ya sebuah keluarga itu. Tapi jika ingat QS An-Nisa (34) rasanya ingin gigit jari...

Halo Sepi
Halo Sedih

Di puasa pertama ramadhan tahun ini buka puasanya nggak di rumah, walau bukan pertama kali, tapi rasanya tetap kayak sepi. Walau juga sebenarnya buka puasanya ramai-ramai sama teman kantor dan ada gelak tawa juga pas ingin berbuka. Tapi, tetap ya, kehangatan keluarga walau terkadang suka menyebalkan tetap beda rasanya dengan pertemanan.

Halo Sepi
Halo Sedih

Mbahbu--nenekku--ternyata punya rasa takut yang sama dengan umi. Jika aku menikah, nanti mbahbu semakin jarang dikunjungi dong? Aku bisa membayangkan bagaimana kesepiannya mbahbu yang hidup sendirian di rumahnya, apalagi jika anak-anak atau cucunya ini sangat jarang berkunjung ke rumahnya. Pasti rasanya kesepian sekali.

Kalau begini jadi bisa membayangkan kenapa tempat kita pulang adalah keluarga. Karena memang mereka yang pada akhirnya paling bersedia menemani kita hingga ajal menjemput. Bagaimana mbahbu dan mbah cepu--nenek dari ibu dan ayahku--di usianya yang semakin tua tidak ada lagi yang diinginkan di dunia ini selain bisa berjumpa dengan anak dan cucunya. Bercengkerama, membahas masa lalu yang menyenangkan dan menutup kesepian itu.

Begitu ya orang tua. Mungkin nanti kita semua akan merasakannya juga :')

Halo Sepi
Halo Sedih

Mungkin sebagai manusia merasakan dua itu adalah sebuah kewajaran, kalau kata orang-orang terpenting bagaimana menyikapinya kan?

Semoga kita semua baik-baik saja ya, semoga ramadhan kali ini menjadi pijakan yang tepat untuk berubah menjadi lebih baik.

Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin ditulis, yang ingin diluapkan di tengah pikiran-pikiran menggelembung. Tapi, karena banyak hal yang memotong menulis ini, sebaiknya kita cukupkan sampai di sini. :")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu