Setengah bulan lagi temanku akan melepas masa lajangnya, ya, menikah. Sudah dari lama aku tahu, hingga tanggalnya, karena aku sempat diminta membuat souvenirnya. Ya, walau pada akhirnya tidak jadi digunakan. Tapi, tetap saja pernikahannya terhitung mundur 22 hari lagi.
Acara yang jauh, sepasang teman satu sekolah, satu kuliah, satu jurusan, untung tidak satu pekerjaan. Calon mempelai wanitanya teman ngeramein grup line waktu pertama kali masuk kuliah, sementara calon mempelai prianya teman kantor pertama kali dan geng konspirasi melawan kebatilan di tempat penuh drama.
Ya, hitung mundur 22 hari lagi, dari jauh hari sebenarnya sudah dipersiapkan untuk beli tiket dsb, tapi teman-teman yang lain belum resmi mendapatkan undangannya jadinya menahan-nahan. Dan sekarang kami mulai berunding. Tapi, dari semua itu ada yang aku takutin.
Entahlah, aku rasanya benar-benar takut, apa bisa aku berangkat sendiri saja tanpa ketergantungan orang lain? Atau bareng perkumpulan yang lain? Bukan teman-teman di Jakarta yang biasa aku temui? Aku rasanya takut, mereka tidak mengerti, atau kalian, atau bahkan kamu, tidak, kalian semua tidak mengerti perasaan menghantui ini.
Rasanya, hati menjadi lesuh, pikiran tak karuan, ah, aku tidak tahu jalan keluarnya. Padahal aku ingin menikmati weekend-ku dengan tenang, tapi ini sungguh menyiksa, bagaimana bisa ketakutan kelak menjadi penyiksaan yang pedih? Mungkin kurangnya ibadah, membuat hati terasa sempit. Astaghfirullah...
Aku tidak tahu akhirnya harus gimana, semoga Allah memberikan ke lapangan hati ini sehingga aku rela dan bisa menghadapi ketakutan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu