Senin, 18 Juni 2018

Ramadhan Ditinggalkan

Setelah Ramadhan tahun ini benar-benar terasa sekali bedanya. Biasanya sehabis ashar orang sangat ramai keluar rumah mencari bukaan, setelah isya masih ramai di dalam masjid, kelar tarawih masih ramai orang tadarusan, bahkan hingga subuh disepuluh malam terakhir, masjid masih sangatlah ramai dan seolah itu bukanlah malam.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, rasanya seperti benar-benar kehilangan, gairahnya jadi menurun setelah sebulan penuh gairah, rasanya selalu nunggu ceramah tarawih yang seru, bahkan rela pergi kesana-sini untuk cari penceramah yang seru. Defini seru sendiri luas, bagiku tentu saja salah satunya berbobot dan pembawaannya menyenangkan--tidak membosankan.

Seolah sehabis shalat wajib, masjid tuh wajib digandrungi lama-lama, ada yang tilawah, ada yang dzikir, ada yang berdoa, adapun yang berkumpul berbicara sebuah kebaikan.

Subuh selalu ramai, dua kali lipat dari biasanya. Bagaimana tidak, setelah sahur, rasanya nanggun jika tidak subuh ke masjid.

Malam yang biasanya hening, kini sungguh khidmat. Berlomba-lomba bertahan. Di sepuluh malam terakhir, aku seolah menjadi sebuah saksi, beberapa masjid aku coba datangi, dan disana terlihat wajah lelah dan perjuangan yang terus melantunkan ayat suci dan meminta ampunan.

Rasanya, benar-benar kayak, satu hari, dinamakan idulfitri, dan semua seolah berubah. Tersisa, namun tidak banyak. Rasanya, setelah shalat wajib langsung sepi. Rasanya ingin cepat-cepat ramadhan lagi, rasanya selalu sibuk dengan yang baik-baik dan waktu benar-benar terasa sangat penting.

Memang terkadang kita jago pas latihan, tapi pas pertandingan sesungguhnya terseok-seok. Semoga hal yang telah dilakukan dan didapatkan selama ramadhan tidak berakhir na'as ya, hiks, semoga istiqomah dan terus berjuang... huuuuhh. Bismillah!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu