Sabtu, 02 Juni 2018

Tersungkur

Aku ingin tertawa terbahak-bahak rasanya.

Hari ini sungguh mengejutkan, pertama, tanpa sadar aku meninggalkan motor beserta kunci yang tercantol di pinggir jalan, sedang aku masuk ke dalam ruangan. Beruntung Allah masih kasihan sama diriku ini, motornya aman, mungkin males juga orang ambil motor yang terlihat butut ini hehe

Kedua, akhirnya, pada akhirnya terjadi, setelah sekian lama naik motor sambil tertidur, sekian lama hampir nabrak, kali ini akhirnya terjadi. Beruntung lagi, Allah masih kasihan sama diriku ini. Aku yang sudah terkantuk, berjalan di tengah pekatnya malam, akhirnya harus nyungsep ke semak-semak agar aku kembali tersadar dari kantukku. Efeknya pun kaki kiri ku terkilir, setelah hari kemarin motornya mogok karena hujan dan aku harus mati-matian menyela motor dan membuat kaki kananku terkilir, sekarang lengkaplah sudah. Alhamdulillah.

Ah, rasanya lucu sekali tegur-teguran ini, seandainya Allah sudah tidak lagi sayang, mungkin motor bisa saja hilang, atau bisa aja aku menabrak mobil dan lainnya yang sebelumnya hampir terjadi. Setelah kejadian-kejadian pahit, pasti timbulah hikmah dan mengerti untuk lebih dan lebih berhati-hati.

Sama kayak beberapa jam sebelum aku pulang, aku bercerita ke teman-temanku, beruntung aku magang kerja waktu SMK di tempat dan momen yang menyedihkan, aku merasa hidup berat banget. Tapi, setelah itu aku jadi harus pintar mencari duit, harus bekerja sesuai passion agar masa-masa kelam itu tak lagi hadir.

Mungkin, ini yang aku rasakan, tidak akan merasakan sebuah kemanisan jika belum merasakan pahit. Walau eksistensi pahit adalah ketiadaan manis.(ini dapet dari sebuah dialog orang atheis ke muslim yang mempertanyakan apakah Allah juga menciptakan kejahatan?)

Menyambung soal eksistensi, ini menarik sih, tidaklah ada gelap sesungguhnya, yang ada adalah ketiadaan cahaya. Karena kita belajar menghitung cahaya, tidaklah gelap. Tidaklah ada kejahatan sesungguhnya, yang ada ketiadaan Allah di diri kita sehingga tidak ada kebaikan. Begitulah intinya dan aku merasa mesem-mesem sendiri membacanya.

Jadi kaki-kakiku terkilir, dan sekarang di jam yang nanggung buat tidur, lusa adek-adekku pulang, akhirnya ramai, semoga ini momentum yang tepat untuk bermain bersama mereka dengan ikhlas hehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu