Kamis, 20 Juni 2019

Cita-Cita

Sedari kecil, aku selalu terdiam saat ditanya tentang cita-cita. Aku terkadang heran dengan anak-anak yang penuh percaya diri bilang ingin menjadi ini atau itu. Aku tidak mengerti bagaimana cara bekerja cita-cita itu. Aku hanya bisa melihat, di depan sana, hanya ketidakpastian yang menunggu.

Dengan tidak adanya cita-cita di kepalaku, aku hanya melakukan apa yang menurutku baik, apa yang kusukai, apa yang mungkin ke depannya sedikit ada harapan. Tapi, aku tidak pernah berpikir mau jadi apa belasan tahun ke depan, tidak, tidak terlintas sedikit pun di kepalaku.

Apa aku pernah bermimpi menjadi komikus karena aku suka menggambar? Mungkin pernah terlintas, tapi tidak pada akhirnya. Apa aku pernah berpikir ingin menjadi pemain voli profesional karena aku gemar latihan voli ketika SD? Tidak, semua itu tidak lebih apa yang ingin aku lakukan dan aku sukai.

Sungguh, aku tidak mengerti mekanisme cita-cita itu bekerja. Semakin beranjak dewasa, aku tersenyum melihat orang-orang yang dahulu dengan percaya diri menceritakan cita-citanya, kini jauh dari apa yang dia bilang.

Bukankah terlalu dini bicara cita-cita sejak kecil? Bukankah terlalu dini untuk menentukan tujuan?
Maka itu aku tidak terlalu suka.

Tapi, aku harus mengernyitkan dahiku. Mereka yang dahulu menjelaskan cita-citanya dengan percaya diri itu mungkin tidak tiba apa yang mereka katakan, tapi mereka selalu beradaptasi dan terus mengejar apa yang disebut cita-cita itu. Mungkin menjadi bentuk lain, sesuai apa yang mereka dapatkan selama mereka tumbuh.

Ada yang awalnya dokter lalu menjadi guru, ada yang awalnya pemain musik lalu menjadi alim ulama. Ketidakpastian itu sesuatu yang terjadi, kita tidak tahu apa-apa. Tapi, cita-cita yang kulihat sekarang adalah sebuah tekad, tekad memiliki mimpi, tekad berani bermimpi, tekad mengejar mimpi, tekad teguh pada sebuah tujuan.

Cita-cita, ia bisa berubah-ubah, tapi tekad daya juangnya lah yang tersimpan. Di situlah, aku merasa kehilangan. Tanpa tujuan atau disini sebut saja cita-cita, terkadang kita tidak punya upaya untuk mengambil keputusan besar, tidak ada upaya untuk berubah.

Bagaimana mau mengambil keputusan besar atau berubah, orang kita tidak tahu mau kemana kaki ini melangkah? Takut bermimpi, merasa terbebani, dan mengalir begitu saja adalah apa yang kurasakan saat ini. Aku, hingga saat ini tidak pernah tahu apa cita-citaku. Ingin jadi apa aku? Apa bekerja sebagai desainer adalah memang impianku? Mungkin iya, tapi tekad apa yang terasa hambar belakang ini? Apa yang salah? Apa yang sebenarnya menjadi tujuanku, cita-citaku? Apa dan apa?

Banyak pertanyaan, begitu pun kalian tentunya, kita selalu punya banyak pertanyaan di setiap keadaan atau di setiap fase kehidupan. Selalu ada pertanyaan yang entah kapan atau apa jawabannya, atau pertanyaan yang membuat kita terlihat ragu atau mungkin malah meyakinkan.

Aku hanya ingin termenung beberapa lama memikirkan itu semua, walau aku tidak yakin ada jawabannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu