Pulang kampung bagiku tidak sekadar pergi ke suatu tempat yang dinamakan kampung, tapi tempat dimana kecil hingga besar kita tersimpan, dan banyak orang yang bisa kita sapa serta mengenang di dalamnya.
Apa mungkin memang pulang kampung maksudnya itu ya?
Selama pulang kampung diri ini tidak ada agenda khusus yang amat penting seperti Tom Cruise di film Mission Impossible-nya. Lebih banyak di rumah, memang karena tidak ada yang mengajak keluar dan tidak tahu mau mengajak siapa keluar.
Walau terbilang pulang ke kampung halaman dimana banyak kenangan di dalamnya, tetap saja waktu yang terus berganti membuat orang-orang yang dahulu dekat kini berjarak. Tapi, bukan berarti hilang, tegur siapa menanya hal-hal klise yang memang sudah tidak kita tahu lagi.
Dimana sekarang?
Kerja dimana?
Kapan rencana nikah?
Atau pertanyaan sederhana lagi.
Bagi banyak orang mungkin itu pertanyaan klise yang basa-basi, tapi setelah aku pikir itu bisa lebih dari sekadar basa-basi. Bagiku itu adalah pintu-pintu obrolan panjang yang bisa dibahas bersama. Contohnya kemarin bicara soal kerjaan teman kecilku, Ali. Lalu akhirnya aku tahu bagaimana susahnya menjadi guru di negeri ini. Tahu betapa mengerikannya birokrasi dan menyedihkannya upah seorang guru. Semua dari satu pintu, yaitu, "bagaimana kabar kerjaan?"
Aku senang tiba di kampung halaman yang terbilang kota. Nama daerahnya komplek walikota, tepatnya di Jakarta Utara. Walau orang sudah banyak yang sepuh, tapi aku senang ketika berjabat tangan lalu mereka bilang. "Ini Hilmy yang dulu suka buntutin Eyangnya ya? Ya ampun sekarang udah besar banget."
Aku senyum, senang sekali. Bagiku, sebuah penghargaan saat orang mengingatku, apalagi mengingatku dalam jangka waktu yang lama. Aku senang saat berkunjung rumah-rumah di sepanjang jalan rumah nenekku berada. Jika tidak ada yang pindah, aku yakin semua mengenalku dan aku mengenal mereka. Ah bagiamana tidak, kecilku terkadang diurus mereka.
Walau aku tidak kemana-mana, tidak ke desa, tidak melihat hamparan sawah, tidak macet sepanjang keluar tol, tidak berhenti shalat di rest area, tapi hatiku sudah berpulang pada kampung yang tak tergantikan, pada kenangan yang diucap ulang untuk dikenang.
Aku puas.
Bahkan aku terkadang dipeluk-peluk bagai anak kecil, hey, aku sudah besar. Tak sedikit juga yang ngasih THR, aku memang sudah besar, tapi sepertinya karena ada Aufa aku jadi terlihat lebih muda hehe. Terima kasih yang telah memberi uang lebih ini, ku merasa muda lagi.
Tokoh utama, benar, rasanya lebaran ini aku sedikit menjadi tokoh utama. Banyak kabar dariku yang membuat orang-orang di kampungku terkejut dan bertanya-tanya. Aku hanya bisa menyengir tak berkomentar, kecuali ketika disodorkan pertanyaan yang amat memaksa.
Semoga semua dilancarkan. Atas doa-doa yang terpanjat di hari itu atau sebelumnya, atau setelahnya. Ah mungkin semuanya, untuk setiap orang yang berharap pada-Nya.
Keberadaan yang dianggap memang salah satu kebahagiaan tersendiri sebelum bicara kepedulian yang menghangatkan. Semoga semua ini terus berlanjut, terus menyambung ikatan sederhana ini. Aku harap kelak memiliki tetangga yang hidup tahun-menahun dan lekat seperti di kampungku.
Oh ya, sebelum pulang ke rumah akhirnya kumpul sama Dhieka dan Septian. Menyenangkan, banyak sekali yang kita bahas dan membuatku berpikir bahwa "Kita sudah tua ya, sudah banyak hal-hal hebat menanti kita yang mungkin kita tidak tahu akan seperti apa menghadapinya."
Makan di food court MKG pun merupakan menjaga kenangan. Banyak sekali waktu yang kita habiskan di tempat itu, karena keterbatasan uang, karena banyaknya pilihan makanan. Sebelum tiba aku sudah menebak akan bertemu teman SMP, eh benar saja aku bertemu teman SMP kita berbincang sebentar, saling bertukar kabar dan rencana-rencana mengumpulkan anak-anak. Aku tersenyum saja.
Obrolan pun pindah ke loteng rumah nenekku.
Di bawah langit-langit yang langsung memayungi kita, angin semilir yang menyejukan, bintang yang berkelap-kelip nan jauh di mata, serta obrolan hangat yang sudah kemana-mana. Bahkan bahasnya pun sambil ngantuk-ngantuk. Akhirnya obrolan pun kita sudahi karena banyak nyamuk, dan waktu sudah mulai pagi.
Hal-hal sederhana itu, obrolan-obrolan dosa lama itu, mengenang banyak hal itu, yang terkadang ku rindu dan itu adalah waktu yang sangat berharga.
Terima kasih, hari idul fitri 2019.
Kesederhanaan memberi kelapangan yang menenangkan.
Walau terkadang banyak nafsu yang menderu-deru.
Ah, begitulah manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu