Selasa, 11 Juni 2019

Fase dan Sikap

Entah bagaimana aku merasa fase adalah kata-kata penting diriku untuk menyikapi sesuatu. Bagiku, banyak sekali hal yang kupikir itu adalah sebuah fase. Sebuah kewajaran jika terjadi dan menimpaku, bahkan, aku pikir semua yang ada adalah fase yang pasti akan menimpaku cepat atau lambat, entah dalam bentuk berbeda atau sama.

Sirkulasi kehidupan sebenarnya tidak jauh dari ini itu yang kita alami keseharian, dari orang tua kita sering ceritakan, tidak, tidak jauh berbeda. Mungkin, sekali lagi, hanya berbeda bentuk. Akhirnya ku merasa ya semua itu adalah fase.

Berawal dari kisah bahwa kegagalan itu adalah sebuah fase yang pasti dilewati untuk mendapati keberhasilan. Well, kegagalan berarti itu bukan hasil? Itu hanya fase? Hanya jalan-jalan pijakan? Apakah berhasil itu pun adalah hasil? Apa tidak itu sebuah fase juga?

Mungkin bagaimana kita melihatnya. Jika di fase kegagalan kita berhenti, mungkin itu menjadi sebuah hasil. Tapi, kalau kita terus menitih ikhtiar kita, kegagalan bisa jadi hanya fase yang dilewati sesaat lalu tiba pada keberhasilan.

Tidak, tidak ada masa atau fase yang abadi di dunia ini. Semua silih berganti, ujian Allah itu selalu adakan? Dikala kita senang atau sedih? Bayangku, tidak ada yang dinamakan hasil di dunia ini. Mungkin satu-satunya hasil adalah surga atau neraka atas amalan dan dosa kita.

Di dunia ini, semua terasa seperti fase, setiap fase kita perlu perjuangkan dengan sebaiknya dan tidak perlu pusing apa yang dialami karena fase itu akan pasti terjadi cepat atau lambat dalam bentuk berbeda. Intinya, bagaimana kita menyikapi fase itu sehingga membuahkan hasil di alam kekal nanti--akhirat.

Fase-fase kehidupan yang amat besar seperti pertumbuhan manusia, dari balita, playgroup, TK, SD, SMP, SMA, Kuliah, Kerja, Menikah, Punya Anak, Menikahkan Anak, Punya Cucu, dan banyak lagi. Semua itu pada umumnya akan di lalui setiap manusia, walau tidak selalu sama urutan atau bentuknya.

Lalu yang berbeda adalah fase detil setiap fase besar itu, seperti lelahnya menjemput jodoh, capeknya skripsi, pusingnya ujian masuk perguruan tinggi, fase-fase itu tidak perlu kita pusingkan, karena jika ingin menikah ya kita harus menjemputnya, ingin lulus ya harus selesaikan skripsinya, ingin masuk perguruan tinggi diinginkan yang ujian dengan baik. Semua akan di lalui, semua hanyalah fase yang perlu kita sikapi dengan baik.

Sikap adalah amalan. Setelah banyak perbincangan beberapa bulan terakhir, aku merasa fakta adalah soal dalam ujian tertulis, sikap kita adalah jawaban yang akan di nilai oleh seorang guru. Sikap atau jawaban itulah yang amat penting dalam kita. Mudah? Tentu saja tidak, terkadang kita harus menjawab dengan keadaan tenang, dengan gusar, dengan ketidaktahuan, dengan banyak keadaan yang merumitkan.

Kehidupan adalah pelajaran kehidupan yang baik. Banyak sekali analogi-analogi kehidupan yang sederhana dalam perkara besar. Tapi semua hampir sama, mekanismenya sama. Seperti analogi ujian tertulis di atas, walau tidak semua terakomodir baik, intinya kurang lebih begitu.

Fase, semua akan terjadi, entah bentuknya seperti apa. Tidak perlulah kita terlalu cinta dengan dunia ini. Sekarang bisa jadi dalam fase mencintai seseorang yang begitu indah dan yang telah dinanti, tapi kelak bisa jadi ia meninggalkan kita lalu hidup kita terasa hancur berantakan. Jemari-jemari menggenggam pasir erat itu tidak akan pernah mendapatkan pasir yang banyak, hanya membuat kecewa.

Bercukuplah dengan dunia, di sini, memang semua seolah tidak cukup dan puas, seolah semua masih bisa untuk lebih dan lebih. Bagus jika berlebih itu adalah sikap baik, amalan baik. Merugilah jika itu keserakahan akan memiliki di dunia ini.

Sikap, semua fase atau fakta penting kita sikapi dengan baik, dengan iman dan Islam. Semua sikap kita adalah ikhtiar kita yang kelak dipertanggungjawabkan, keadaan diri memang terkadang menyulitkan, tapi itu adalah ujian yang diberikan-Nya. Tenang, sikapi semua dengan baik.

Tidak perlu gusar akan keadaan, lelah, sedih, pusing, karena itu fase yang kelak disikapi akan menjadi semangat, bahagia, menyenangkan.

NB: Memang jika bicara mah mudah, jika ditimpa dan mengalami mungkin tidak semudah omongan-omongan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu