Minggu, 16 Juni 2019

Menyalakan Hati

Alamak, ternyata hidup ini tidak bisa lempeng-lempeng saja. Kupikir akan ada pilihan hidup yang penuh damai, hati yang tentram, kisah-kisah sederhana menyelimuti dari hari ke hari. Tapi, beringsut menuju dunia maya, rasanya dunia sungguh mengerikan.

Aku membayangkan, zaman dunia itu--dunia maya--tidak ditemukan. Menyeduh teh dan menyantap pisang goreng menjadi awal pagi yang mendamaikan. Tentu saja tanpa embel-embel memainkan ponsel, menggeser atas bawah kanan kiri melihat-lihat kehidupan seberang sana, yang belum tentu benar adanya, yang membuat terkadang hati tidak nyaman.

Penyakit hati itu mudah sekali terjadi, saat merasa dunia perlu dikejar setengah mati. Sialnya, kita tidak selalu bisa untuk merasa dunia ini hanya perlu digenggam, janganlah masukkan ke hati. Ya, terkadang kita pun bisa merasa dunia ini apalah, tak perlu pusing-pusing. Begitulah, semua naik turun, semua bisa saja terjadi bergiliran dalam hitungan seperkian detik.

Melihat dunia itu--dunia maya, aku bertanya, siapa yang dimaksud orang hebat itu? Kenapa mereka semua terasa hebat? Terkadang hati kecilku meringkih, apalah aku di dunia ini? Hebat-hebat sekali orang di luar sana, ada yang bisa menginspirasi orang lain, ada yang bisa menjadi tren kehidupan, ada yang bisa menghasilkan uang dengan mudah, bisa membuat karya begitu mengagumkan, ada yang bisa berbuat baik nan sholeh tidak ketolongan, bisa dicintai dan dikagumi banyak orang, rasanya sungguh mereka itu manusia terbuat dari apa? Kok bisa sehebat itu?

Titik kecil hatiku menyeruak, mengusik ketenangan pisang goreng dengan teh hangat dipagi hari. Apa yang bisa aku lakukan? Apa aku bisa seperti mereka? Ah, siapalah aku, tenang saja, dunia ini tidak dibawa mati. Benakku, yang berusaha keras untuk menyenangkan hatiku menghadapi kenyataan kalau aku bukanlah siapa-siapa.

Siapalah aku? Boro-boro bisa menginspirasi, ketika menulis di dunia itu--dunia maya--bingung setengah mati. Niat yang tidak lurus, ingin dikenal banyak orang, ingin dikagumi banyak orang, ingin-ingin yang jijik sekali jika kalian ketahui.

Aku pun mencari pelarian, dunia tidak dibawa mati, tenang saja tenang. Walau hati meringis, ingin sekali aku seperti mereka-mereka. Aku tidak ingin membohongi diri sendiri, tapi, ada yang lebih penting dari itu.

Melihat orang lain. Manusia amatlah unik, aku tidak mengerti terkadang. Bicara dengan A seolah dunia ini begitu penuh perasaan, lalu bicara dengan B seolah dunia ini tidak harus dipedulikan. Ada yang berobsesi, ada yang tidak peduli, ada yang dilema di persimpangan.

"Aku ingin menjadi Buya Hamka, bisa memiliki banyak kemampuan. Menulis, pejuang, pendakwah, berpolitik, dan banyak kehebatannya lagi. Aku tidak ingin menjadi manusia yang fokus satu kemampuan saja, aku ingin bisa melakukan banyak hal walau tidak mahir." Kata seseorang di hadapanku dengan yakinnya dan bersemangatnya.

Aku tersenyum kecut. Lucu sekali kata-kata itu bagiku. "Kau tahu? Aku justru ingin melepaskan banyak hal yang pernah aku geluti untuk fokus dengan satu hal saja hingga mahir. Aku merasa bisa banyak hal tidak membuat diri ini menjadi sangat amat berarti, yang membuat diri ini tidak tergantikan oleh orang lain gitu Tapi, kau malah memilih apa yang aku dapati sekarang."

Aku tertawa. Dia terdiam. Kita tidak memiliki kesepakatan, dan siapa peduli atas apa yang benar akan semua ini.

Melihat orang lain membuat hatiku sedikit tenang, apalagi orang yang tidak peduli dengan kehebatan-kehebatan orang-orang di dunia maya. Bagi mereka, urusi saja dirimu sendiri. Menjadi bermanfaat akan apa yang bisa dilakukan. Bagi mereka, kehebatan dan ketenaran bukanlah segalanya dan bukan satu-satunya bukti bahwa kita hebat atau berguna atau apalah namanya.

Berimbang. Dunia ini memang tidak sedamai air di bak mandi, tidak ada riak, tidak ada ombak. Tapi melihat dari banyak sudut, memberikan pemahaman yang berimbang. Membuka pikiran bahwa, semua memang tentang pilihan hidup masing-masing. Ada yang melewati gemerlapnya kehidupan, ada yang diam-diam menusuk musuh dari belakang. Ada banyak cara, namun tujuanlah yang amat penting.

Apa tujuan hidupmu?
Perbincangan malam yang kurasa masih belum tuntas.

Semua hal di dunia ini, atau maya, atau manapun, terpenting adalah meletakkan tujuan. Membuat jalan apapun memiliki arah, membuat cara menjadi pijakan menggapainya--tujuan. Banyak orang tahu, hidup di dunia ini satu tujuannya, mendapatkan ridha-Nya, diganjar surga-Nya, dan hidup kekal di dalamnya.

Tapi, banyak orang masih gelisah. Ah, tentu saja, salah satunya aku. Banyak sekali yang bisa dilakukan untuk tujuan itu. Oleh karena itu, terbingunglah diri ini. Hal seperti apa yang cocok dan pantas aku terima untuk dilakukan. Berdasarkan latar belakang karakteristik, kemampuan, dan banyak lagi yang sudah diri ini bentuk dari waktu ke waktu. Aku merasa perlu sesuatu yang tepat untuk diperjuangkan agar tercapai tujuan mulia itu.

Semua itu bisa berubah-ubah seiringnya waktu, bisa jadi cara hari ini yang kudapati berbeda dengan besok. Bisa jadi pemahaman hari ini bisa berubah dengan besok. Tapi, semoga tujuan kita taklah berubah. Terpatri jauh, sangat jauh dalam hati. Walau terkadang ada ombak menghujam tajam, tapi tetaplah ia terpatri dengan susah payahnya.

Alamak, kemana arah pembicaraan ini? Aku sendiri pun bingung. Benar kata ustadz kondang Aa Gym, jagalah hati.

Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya illahi

Bila hati kian bersih, pikiran pun kian jernih
Semangat hidup kan gigih, prestasi mudah diraih
Namun bila hati busuk, pikiran jahat merasuk
Ahlak kian terpuruk, jadi mahluk terkutuk

Bila hati kian suci, tak ada yang tersakiti
Pribadi menawan hati, ciri mukmin sejati
Namun bila hati keruh, batin selalu gemuruh
Seakan dikejar musuh, dengan Allah kian jauh

Bila hati kian lapang, hidup sempit tetap senang
Walau kesulitan datang, dihadapi dengan tenang
Tapi bila hati sempit, segalanya makin rumit
Seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit

Bila hati kian benci, tutur kata penuh benci
Perilaku tak terpuji, bisa jadi mahluk keji
Namun bila penuh sayang, hati pun akan disayang
Hidup pun terasa lapang, hidup bersama kan senang

Bila hati bertawadlu, hidup indah semanis madu
Ahlak menawan qalbu, berpisah pun slalu dirindu
Tapi bila hati takabur, bathin pun slalu berdebur
Merasa sehebat guntur, akhirya masuk kubur

Bila hati penuh dendam, bagai api dalam sekam
Penuh bara kehancuran, hidup jadi mengerikan
Tapi bila memaafkan, bathin tentram menyejukan
Asal lawan jadi kawan, hidup damai kita rasakan

Bila hati iri dengki, tak rela orang dapat rizki
Tak pernah mau memuji, hanya bisa mencaci maki
Namun hati yang bersyukur, kebaikan tak pernah kendur
Apalagi bila kita akur, negeri ini akan segera makmur

Bila hati bermusuhan kedamaian hanya impian
Hidup saling melumpuhkan, negeri ambruk memilukan
Namun bila hati bersatu, kekuatan kan terpadu
Kita bangkit untuk maju, bangun negeri yang kita rindu

Ya Allah, jagalah hati-hati kami akan apapun yang sedang atau akan terjadi di dunia ini. Semoga senantiasa terus menapaki jalan yang Engkau Ridhoi, menuju tujuan yang sebenar-benarnya tujuan.

Jagalah hati, hidup ini mungkin akan berdamai seperti segelah teh hangat dan pisang goreng di pagi hari. Semua hal sedang dan akan terjadi, entah dunia ini atau maya, tapi seperti apa yang pernah kubilang di berbagai postingan sebelumnya. Sisanya, bagaimana kita menyikapinya, dan menyikapi itu tidak mudah, butuh hati yang bersih, hati yang terus menyalakan cahaya illahi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu