Selasa, 24 Juli 2018

Rentetan Hari

Aku bingung mulai dari mana, ingin cerita panjang, tapi tiba-tiba males entah kenapa... Tapi, baiklah kita buka dengan yang baik-baik. Jadi beberapa hari ini tersiar 2 kabar gembira tapi sayangnya harus di tambah 2 kabar kurang baik.

Mari kita mulai dengan kabar gembira. Kabar gembira pertama Willi dan Rika akhirnya Sah menjadi pasangan suami istri. Tanpa disangka perjalanan ke nikahannya menjadi kesan sendiri dan perlahan aku mulai menyukai jogja dan sekitarnya, ternyata bagus juga ya, ada lautan... Bandung mah nggak ada hiks...

Perjalanan ke pernikahan Willi dan Rika pun menjadi pertama kalinya setelah beberapa tahun tidak berpergian keluar kota naik kereta, terakhir pas kuliah itu pun Bandung-Jakarta. Ternyata naik kereta seru juga, ya, ya harganya juga seru sih hiks... Uang mendadak habis sebelum waktunya.

Tapi, di sana, Jogja dan sekitarnya aku benar-benar bahagia. Bisa lihat lautan yang masih bersih, bisa lihat makanan yang masih murah-murah (walaupun di tempat wisata). Bisa lihat gunung-gunung. Ini kayak lagunya Payung Teduh ya, gunung dan laut hehe.

Setelah di awal menikmati lautan, setelahnya gunung. Paket komplit, terlebih melihat nikahannya Willi dan Rika yang, hmm, ya ini sebenarnya semacam referensi yang bagus dari dekoran hingga menunya. Tapi tidak dengan harganya...

Bayangkan, akadnya itu berlatarkan sebuah gunung menjulang tinggi dengan awan-awan disampingnya, Masya Allah, indah sekali, di hadapan gunung dan awan-awan itu ada seorang pria yang gagah mengucapkan ikrar sehidup sematinya, kyaakyaakyaaaa... Kepengen yaa? Hehe

Oke, kembali jadi pria Hilmy. Kami pulang dari resepsi Willi dan Rika, setelah itu kami ke ketep pass, dan ini kedua kalinya untukku, terakhir itu ketika perpisahan SMP. Akhirnya kami pun pulang, sepanjang perjalanan pulang ada pesantren yang memasang banner kecil-kecil selama turunan dari ketep pass. Itu sungguh keren, bacaannya itu bener-bener bermanfaat (bacaan Isalmi) dan bikin penasaran setiap lihat. "Itu bacaannya apa tuh?" Ya begitu kita histeris.

Selama perjalanan terus bicara-bicara soal nikah-nikah, eh eh ternyata ya ternyata, sebelum pulang ke Jakarta, Hannan (salah satu temen lab) ngasih kabar gembira kedua, kalau bulan depan dia nikah sama temennya yang merupakan temenku juga. Wah, aku ikut seneng akhirnya ada temen yang nikahan, temen yang terbilang cukup akrab walau dia pendiam aku berisik.

Hannan nikah bulan depan, dan ternyata dari semua teman-teman seangkatan di lab yang lumayan akrab, aku terbilang yang terakhir dikasih tahu, cukup tau lah ya nan!!! fuuuu. Jadi bulan depan ke Purwokerto nih? Duh, niat mau nabung tampaknya harus ditunda lagi, jadilah harus buat trip lagi sama anak-anak untuk ke pernikahan Hannan, semoga Purwokerto sebagus Jogja ya, kalau nggak mah awas aja...

Pernikahan Hannan nanti menjadi jawaban sendiri untuk Hannan, dulu sering bertanya-tanya, kapan ya nikah? Siapa duluan ya diantar anak-anak lab? Eh tahunya dia duluan, bulan depan akan nikah, prosesnya dari awal ke pernikahannya pun tidak lama. Wah, senangnya ya menanti-nanti hari H. Semoga dilancarkan ya Nan dan calonnya hingga hari H bahkan hingga di akherat kelak. Hehe doakan juga temenmu ini menyusul yak! Hiks...

Dan pernikahan Hannan pun menjadi tabir perpisahan sendiri antar anak lab yang kerja di Jakarta. Setelah sebelumnya keju (Rinaldy) yang akan balik ke Bali untuk menemani ayahnya. Kini Hannan harus pulang ke Purbalingga tempat calon suaminya. Wah semakin sepi ya anak-anak lab angkatan di Jakarta (walau aku sendiri jarang kumpul sih hehe).

Tapi, semoga itu menjadi jalan terbaik buat Hannan dan Keju ya, dan semoga sama-sama sukses dunia serta terpenting Akhirat yaaa!!! Tahan-tahan, tahan air mata... hiks... Oh ya, Hannan dan Keju juga termasuk orang yang jika udah bilang iya, pasti beneran iya, jadi kalau main, kalau mereka bilang iya, pasti harus aku usahain untuk jadi hehe. Tapi, sekarang kalian berdua sudah punya jalan masing-masing. Baiklah! Terima kasih selama di lab dan di Jakarta gais! Mungkin trip ke Purwokerto nanti pertemuan terakhir kita untuk pertemuan panjang berikutnya...

Baik, kita lepas berita baik itu... Perlahan kita beranjak untuk sebuah perenung, apa yang terjadi? Apa yang harus dilakukan? Mungkin kepalaku terus berpikir seperti itu.

Sebelum, sebelum perjalanan ke nikahan Willi dan Rika, ada kabar tak baik, sangat tak baik. Ada seorang temanku, adik kelas di lab, yang terdapati gantung diri di depan kosannya. Awal melihat fotonya dari kak Wahyu, sebelumnya aku tidak tahu itu adik kelasku, tapi aku sempat bilang kalau mirip temenku tapi rasanya tak mungkin, tapi pas buka grup chat lab, ternyata benar.

Aku rasanya serem melihatnya, ada note yang dia tinggalkan. Aku tidak ingin membahasnya lebih jauh, dari sini, aku merasa harus banyak belajar lagi menjadi ayah atau tepatnya orang tua yang baik atau mungkin teman yang baik. Bagaimana menjadi rumah kepada anak-anak yang tengah dipeluk kesedihan dan kegelisahan. Menjadi tempat yang harus mereka kembali ketika sudah begitu lelah menelusuri fana ini.

Aku tak menyalahkan kedua orang tua mereka, tapi melihat hal ini aku merasa betapa pentingnya peran orang tua untuk membuat anak selalu ingat, dia tidak sendirian, ada Allah, ada keluarganya, ada orang disekitarnya yang akan mendengar dan membantu beban-beban sang anak. Hei, ceritalah sedikit (padahal sebelumnya aku ingin bercerita tentang pertemananku bersama orang introvert) tapi melihat ini, kita sebagai teman pun tampaknya harus lebih peka, lebih terbuka terhadap orang-orang yang mungkin butuh tempat cerita.

Semoga kita selalu mengingat Allah ya, dan tetap bertahan, kalau kata Mas Salingga, kurang lebih begini (Hilmy selalu lupa). Hal terberat kita tuh ada di saat titik terakhir malam, disaat benar-benar sebentar lagi fajar. Makanya kita harus bertahan, hingga fajar tiba-tiba datang dan melenyapkan semua kegelisahan itu (oke tampaknya ini agak dilebih-lebihkan). Intinya setelah titik terkritis kita, yang kita rasakan, setelah itu akan terbit sebuah harapan untuk mengikis semua rasa kritis itu. Jadi, bertahan!!!

Kabar buruk kedua, aku masih ingat betul dosen yang negur aku ketika tidur, hingga akhirnya aku dikenal. Aku masih ingat betul dosen yang selalu berusaha mengenal mahasiswanya, bahkan mengajak salaman dan tanpa malu bertanya "Ini siapa namanya? Saya lupa". Dan begitulah akhirnya beliau benar-benar mengenalku hingga sekarang.

Aku masih ingat betul, ketika ke Bandung atau bahkan pas masa-masa Tugas Akhir, beliau selalu bertanya kapan nikah, bahkan mau bantuin nyariin katanya. Haha. Entah itu gurau atau tidak, tapi hanya beliau tampaknya dosen yang sering nginep di kampus. Dan karena beliau juga nilai AI-ku bagus, karena betapa baiknya dan mengertinya dia dengan role model seorang Dosen yang hebat.

Tapi, kemarin aku baru tahu beliau terkena kanker hati stadium 3. Membacanya, membuat aku sedikit terpukul, bicara kanker aku punya kesan buruk ketika kakekku terkena kanker otak stadium 4. Dan aku serta teman-teman kelasku yang selalu sayang dengan beliau mengirim doa terbaik, dan beliau membalasnya melelaui salah temanku. Rasanya sedih, entah kenapa. Semoga Pak Syahrul (Ya itu namanya) lekas sembuh Pak! Bisa dateng ke nikahanku nanti ya pak! Kan bapak yang nanya terus, biar ada jawabannya gitu pak... Biar Bapak juga bisa berusaha mengenal semua anak-anak di kelas bapak lagi, dan berdisuksi abstrak lagi di lorong lab-lab ya pak! Aamiin.

Oh ya, aturan Pak Syahrul juga datang ke nikahan Willi dan Rika karena diundang, tapi setelah tahu kondisinya, pantas beliau tidak bisa hadir dan hanya menitipkan sesuatu untuk Willi dan Rika. Bisa-bisanya sih pak baik begitu pak!? Semoga penyakit yang bapak alami cepat terangkat ya pak, serta menjadi waktu penggugugran dosa ya pak!

Bulan depan mungkin perjalanan ke Purwokerto bakal mampir ke Bandung, semoga kita bisa ketemu Pak.

Ah, Bandung. Rasanya aku tak tahu harus menampakkan apa. Sedih atau gembira? Atau apa? Entahlah. Sebentar saja ya ke Bandungnya...

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Hehehe. Maaf my. Tapi kalo kamu ngebandingin Purwokerto sama Jogja mah ya pasti kalah lah, Jogja aja bagimu lebih bagus daripada Bandung... Tapi aamiin, semoga yg terbaik untukmu juga ya!

    Dan soal pak milo, itu beneran? innalillahi, aku baru tau...

    BalasHapus
  3. @afiifah Gak bandingin secara mutlak kok nan haha umpama aja gitu, menyenangkan lah istilahnya hehe... Aamiin, makasih lho hehe

    iya beneran hiks...

    BalasHapus
    Balasan
    1. owalah, yaudah, semoga Purwokerto nantinya menyenangkan untukmu ya, hehe.

      wah, aku ketinggalan kabar rupanya. jadi sedih..

      Hapus

komentar bagi yang perlu