Malam itu, dingin sekali rasanya. Setelah pesakitan di malam sebelumnya, ternyata malam ini juga sama payahnya. Perjalanan Ragunan-Cileungsi harus ditempuh dengan rasa dingin tak karuan, selain cuaca yang dingin rupanya hati pun dingin.
Rasanya berdamai dengan hati itu ternyata ada rumusnya sendiri. Pernah satu waktu, aku berusaha untuk menjadi lebih baiklah istilahnya. Alih-alih berharap juga ada orang yang ikut berubah dengan berusahanya aku berubah.
Tapi, setelah lama waktu ditempuh, saat berjumpa kembali dengan orang itu, ternyata aku dipukul telak malam itu, ya malam yang dingin. Kupikir semua telah berubah, kupikir aku sudah berusaha tapi harapanku berantakan.
Saat itu aku sadar, ada yang salah dari semua skenario ini, rupanya hatiku telah salah berniat. Rasanya semua itu mudah sekali dihancurkan dalam satu malam saat tahu ternyata semua terlihat masih sama, walau aku tak tahu yakin bagaimana sesungguhnya.
Lantas saja, aku mengambil dalih, mencari alasan akan siapa yang harus aku salahkan. Jauh, jauh malam terselami. Aku sadar, semua dalih itu semua orang yang aku salahkan tak lain hanya korban dari jatuhnya harapanku sendiri.
Rupanya selama ini aku salah menaruh tujuan, berharap ada orang yang berubah, tapi harapan itu tertumpu kepada manusia itu. Saat aku melihat semua tetaplah tidak berubah, disitulah Allah menunjukkan kuasa-Nya dan memperingatiku.
Perlahan aku merenung, jadi selama ini aku berubah karena berharap orang itu ikut berubah? Ah sial, rupa-rupanya aku salah berniat, seandainya aku menaruh harapan itu kepada Allah dan berharap seseorang itu berubah karena Allah, pasti mau seseorang itu berubah atau tidak aku tidak akan kecewa seperti jatuh nan sakit gini, tapi aku akan lebih giat lagi berdoa dan berbuat lebih baik serta terpasti berharap kepada Allah agar orang itu berubah.
Ternyata masalah niat benar-benar bisa mengacaukan segalanya. Bagaimana malam itu bilang, hilang semua amalan jika niat itu salah atau tidak karena Allah. Dan mungkin diawal niat kita sudah benar, tapi namanya setan tidak pernah berhenti menggoda manusia terus menerus. Lama kelamaan, berubah deh niat itu, hilang deh amalannya, sayangkan? Iya sayang banget :(
Mungkin itu yang dimaksud mencintai karena Allah, berteman karena Allah, dan apa-apa melibatkan dengan Allah. Karena, jika tidak, ya begitu, hanya kecewa dan hilangnya amalan-amalan itu. Kan sedih banget, misal udah sekuat hati serta tenaga setiap malam bangun tahajud, tapi karena diakhir dia menceritakannya dengan bangga/riya, hilang semua amalan setiap malam... Begitulah, cerita di malam itu...
Rasanya sakit ini semakin menjadi, ya apa daya, memang seharusnya berhati-hati dalam segala hal yang dilakukan, dan selalu melibatkan dengan Allah, insya Allah berkah dan tidak kecewa hiks...
Semoga Allah juga yang menyembuhkan rasa sakit ini, kekecewaan ini, dan selalu menjaga dari hal ini agar tidak terulang lagi hikss. Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu