Rabu, 28 November 2018

Tidak Ada Perpisahan Yang Menyenangkan

Belakang ini, keretakan rumah tangga seolah makanan sehari-hariky. Dari seleberiti ataupun dari lingkungan sekitar. Rasanya, apakah perpisahan adalah salah satu solusi yang mereka pikir adalah terbaik? Entahlah, banyak latar dari mereka-mereka yang tidak aku pahami.

Nyatanya, bertahun-tahun, berjuang berama, mencintai, tidaklah menampikkan keretakan atau bahkan perceraian. Terkadang selama bersama, sering kali membela mati-matian pasangannya dan tidak mendengarkan orang tuanya, bahkan dari sebelum menikah. Namun, ketika keretakan atau menjelang perceraian itu terjadi, mereka pun pergi kemana? Ya, ke orang tua masing-masing. Walau tidak semua kasus seperti itu, disini aku bisa membayangkan, seberapa sayang kita terhadap seseorang, bahwa tempat pulang kita tetap orang tua, karena mereka--orang tua--tidak punya alasan untuk melakukan perpisahan dengan anaknya, ikatan sepanjang hidup. Walau mungkin ada saja masalah anak dan orang tua.

Setelah bertahun-tahun membela sang istri atau suami, ketika keretakan terjadi, mereka mencari-cari orang yang paling mengerti, yang paling bisa menerima kita, yang paling bisa membantu, itu adalah orang tua.

Tapi, bukan permasalahan membela sang istri atau suami, atau mencari tempat cerita dan ingin dimengerti. Sebenarnya, beberapa hal terjadi karena kurangnya ilmu. Mungkin sekarang banyak penjelasan ilmu parenting atau pasangan suami istri, tapi mungkin dahulu masih terbilang minim, bahkan hanya berdasarkan pengalaman orang tua saja.

Tanggung jawab, bermulanya permasalahan itu kata ayahku di facebooknya adalah mengabaikan tanggung jawab. Banyak pertikaian terjadi jika sang istri atau suami mengabaikan tanggung jawab atau tidak tahu akan tanggung jawabnya.

Selain itu sebenarnya banyak lagi, tapi mengerti akan tanggung jawab itu sangat-sangat penting. Bahkan tanggung jawab terhadap perannya itu sebenarnya bukan hanya untuk suami istri saja tapi dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita terlalu fokus apa yang dikejar atau mungkin hawa nafsu tapi melupakan apa yang jadi tanggung jawab kita, terkadang begitupun aku, terkadang lupa akan tanggung jawab sebagai anak, atau bahkan sebagai kakak, atau sebagai cucu pertama.

Dan paling menyedihkan dari pertikaian dan perceraian adalah sang anak. Terkadang aku senang membayangkan sebuah keluarga hidup bersama hingga orang tuanya pada tua, lalu lahirlah para cucu hingga cicit dan ketika lebaran kumpul bersama berbagi cerita pada tiap-tiap perjuangan keluarga. Rasanya senang, tapi jika melihat pertikaian dan perceraian di depan mata, rasanya sedih membayangkan masa depan anaknya--bukan, bukan berarti masa depan anak akan suram serta merta.

Nyatanya, bertahun-tahun bersama, bisa jadi kita bukan saling belum mengerti, tapi kita abai akan hak dan kewajiban. Bisa jadi bukan saling belum mengerti, tapi kita memang tidak mengerti, akan ilmu kehidupan itu sendiri.


***

Ini nulis apa sih sebenanrya, aku juga bingung. Wkwkwkwkwk. Semoga semua baik-baik saja dan diberikan jalan oleh Allah yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu