"Ajima, ini kamu tuh nangis apa ketawa sih?"
Ajima menyengir tertawa tapi bersamaan mukanya seperti menangis.
"Om bingung tahu, ini kamu nangis apa tertawa?"
Ketika dibercandain ia terus melakukan seperti itu, terkadang benar-benar menangis dan sedih karena teringat, iya teringat tadi pagi Ajima disuntik imunisasi.
"Tapi, Ajima nggak nangis kok, yang lain pada nangis." Kata Ajima jika berbicara tentang suntikan imunisasi tadi pagi.
Terkadang aku mengira dia menangis tapi malah tertawa, ketika suatu waktu dia terlihat tertawa ternyata menangis, aku pikir ah itu bentar lagi paling tertawa, tapi ternyata tidak, tangisnya semakin besar. Aku panik. Setiap anak kecil menangis di kepalaku melakukan pembenaran. "Ajima udah capek ya ... " aku menyumput setelah itu hehe.
Sepulang dari shalat maghrib, aku bertemu lagi dengan Ajima. "Mainnya disini aja." Kata Ajima, masih ingin bermain. Tapi aku tidak bisa, rasanya sedih.
"Diatas aja yuk, rame-rame mainnya."
"Disini aja." Pinta Ajima
Akhirnya aku meninggalkan Ajima setelah memutar anak tangga dan tiba di lantai 2. Ajima dilahirkan oleh ayah dan ibu yang luar biasa, besarnya insya Allah dia menjadi anak yang luar biasa pula.
***
Aku tidak tahu tulisan Ajima seperti apa, tapi aku seneng membacanya Ajima, lebih gimana gitu.
Belakangan ini sering godain anak kecil yang sedang dibonceng dengan memainkan raut wajah, rasanya seneng aja kalau perhatiannya mengarah kepadaku, apalagi kalau tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu