Selasa, 05 Maret 2019

Dunia Tanpa Aku

Saat itu aku duduk di antar beberapa teman-temanku. Beberapa menit aku disana, jangankan ada yang mengajakku berbincang, ini tidak ada satu pun yang menyapa aku, atau setidaknya melempar senyuman untukku.

Aku menekuk bibirku, lesu sekali rasanya. Aku beranjang dengan wajah masam, dan lagi, mereka benar-benar tidak menghiraukan aku.

Ku berjalan di koridor, melihat satu persatu orang-orang yang saling terhubung. Ada yang berbincang amat serius, hingga orang-orang berlaku konyol.

Tapi, aku, masih terdiam menatap mereka. Tak ada sepasang mata pun yang mengarah ke aku, tidak, tidak satu pun. Aku semakin kecewa dengan harapan-harapanku.

Lantas bertanya, apa aku memang tidak ada artinya? Sedikit pun?

Aku meninggalkan koridor itu, aku yang mulai muak, lebih milih untuk menyendiri. Meninggalkan semua ekspetasi-ekspetasi akan sebuah pertemanan, akan sebuah obrolan yang hangat atau menyenangkan. Aku lupakan semua itu.

Aku duduk, di sebelah sapu-sapu dan pengki. Aku melihat laba-laba yang menanggalkan sarangnnya. Atau semut-semut yang berbondong-bondong berjalan membawa sebiji beras. Apa aku bisa menyapa mereka? Menjadikan mereka teman?

Tak lama, suara pintu terbuka pijakan kaki terdengar, amat lembut, ku coba menebak. Pasti ini wanita, dan ini pasti wanita itu, aku hafal suara langkah ini.

Air mukaku berubah, aku beranjak menuju langkah itu. Aku mendapati wanita itu, dia tersenyum, ah dia memang selalu tersenyum. Aku mendekatinya. Tapi dia masih terdiam, lalu dia berjalan melewatkanku yang membuat aku benar-benar hancur.

Dia mengambil beberapa peralatan lalu pergi.

Aku menatap kedua tanganku lalu melihat cahaya kecil yang masuk dari sela-sela ventilasi. "Apakah ini, dunia tanpa aku?"

***

Teringat waktu ummi mau melahirkan adik terakhirku, saat itu tidak ada satu orang pun yang memberitahuku. Tiba begitu saja aku punya adik baru. Padahal saat itu, aku benar-benar ingin melihat ummi melahirkan. Aku ingin melihat bayi yang benar-benar baru menghirup udara kotor di muka bumi ini.

Saat itu, hanya aku saja yang tidak tahu dari keluarga kecil ummi dan abiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu