Setelah akhirnya aku paham kisah lain dari 'Cinta tak harus memiliki' oleh Mas Salingga, aku jadi teringat obrolan beberapa waktu silam dengan seseorang.
Seseorang itu bilang. "Di Indonesia ini, perceraian adalah sesuatu hal yang tabu, sesuatu hal yang dianggap buruk." katanya kurang lebih seperti itu.
Aku mengangguk dan masih menyimak.
"Walau di Alquran menjelaskan bahwa perceraian adalah sesuatu yang tidak disukai Allah, tapi Allah tetap memperbolehkan namanya perceraian itu."
Aku pun masih mengangguk dan tetap menyimak.
"Tapi, harus dilihat lagi, perceraiannya karena apa? Karena bisa jadi jika memang tidak bercerai justru pasangan itu jauh dari Allah, bisa saja jadi saling mendzalimi, maka kalau begitu lebih baik bercerai. Maka balik lagi apakah jika bersama itu mendekatkan kepada-Nya? Atau justru berpisah yang membuat mereka bisa mendekatkan kepada-Nya? Walau tentu saja, perceraian adalah jalan terakhir karena Allah tidak menyukainnya."
Kesekian kalinya aku mengangguk setuju, di kepalaku terbayang, bukankah sepasang suami istri itu saling membersamai karena memiliki tujuan mulia yaitu mendapatkan ridha-Nya? Lantas jika di perjalanan rupanya kebersamaan itu tidak mendekatkan diri kepada-Nya, lantas untuk apa kebersamaan itu?
Tapi, kalau saling membersamai dengan tujuan selain ridha-Nya, itu mungkin bisa lain lagi ceritanya.
Berarti perlu diperhatikan lagi tolak ukur dan tujuan kita melakukan sesuatu hal, termasuk menikah, mencintai seseorang, atau bahkan harus berpisah. Jika memang itu jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, mungkin memang itulah yang harus ditempuh, tentu saja dengan kelapangan yang amat besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu