Tahu berapa banyak orang membawa uang ketika pergi ke Mall? entah beratus-ratus ribu, atau berjuta-juta, entah itu ngutang, entah itu nyolong. Banyak orang pergi ke Mall untuk berbelanja, makan, dan menampang (yang nggak make modal). Dan disini gue bersama ke dua sahabat gue pergi ke Mall Kelapa Gading hanya untuk jalan-jalan, alias nampang. Dengan bermodal ongkos dan uang secukupnya. Tapi lain hal dengan sahabat gue, dia tidak banyak membawa uang. Dengan uang Rp.7500, kurang lebih dia udah nekat mengajak gue dan sahabat gue untuk pergi ke MKG. Dia dengan berpakain kaos abu-abu, celana jeans hitam panjang, tidak lepas dengan tasnya, dan sepatu basketnya itu. Style itu sudah cukuplah untuk mungut sampah di bantar gebang. Berarti tindakan gue jika bersamanya, nutup idung dengan erat. Well well kewell(dibaca: kiwil), bau gile mungut di bantar gebang. Tempat pembuangan sampah, dipungut lagi.
Dengan berangkat yang cukup elit, yaitu menggunakan taksi yang nemu di pinggir jalan. Saking kasihannya gue sama taksi itu, akhirnya gue dan yang lain naikin taksi itu (laga! padahal uang pas-pasan). Untung rumah gue menuju MKG nggak terlalu jauh, habis sekitar Rp. 10.000, kurang lebih gue udah dapet dengan mudah dan tidak berterik-terikkan menuju MKG.
Kami memutuskan patungan, tidak melukis, atau menggambar. Pokoknya patung. Karena kami semua tidak membawa banyak uang. "Bremm..." begitulah bunyinya, dengan cepat kami menuju MKG. Akhirnya sampai ke alam baka (tidaakkk... jangan sekarang!). Entah kami mau melakukan apa di sana, seperti biasa jika ke Mall tidak lepas dengan pergi ke Gramedia, yang HANYA untuk melihat-lihat buku, lumayan baca gratis. Sesudah kami melihat-lihat, kami memutuskan ke Food Court (tau gag apa? gag tau kan? sama...), tempat berkumpulnya makanan-makanan yang cukup menggugah selera dan harga yang cukup lumayan bagi kami yang tidak berpenghasilan, dan tidak pernah makan. Kami kesana karena teman gue yang seperti orang cina dan bertampilan mengenakan baju kaos coklat, celana jeans panjang, dan sendal kapal selamnya, mau makan, bukan sendalnya yang mau makan.
"Eh, sebelum kita ke Food Court, ke Farmer dulu yo!?" pinta teman gue yang berpakaian kaos abu-abu.
"Mau beli apa lo? Uang aja kaga punya!" remeh teman gue yang cina itu.
"Beli kacang turbo, lumayan buat makan-makan di Food Court." jawabnya.
"Malu-maluin aja! yaudah cepet!" sahut cina. Kami memutuskan pergi ke Farmer, dan membeli dua kacang turbo yang satunya memiliki harga sekitar Rp.3000, kurang lebih. Kami membeli dua dengan hasil uang patungan (melarat sekali).
Akhirnya setelah berjalan lama, kami sampai di Food Court. Bau makanannya sangat nikmat, tapi hanya teman gue yang cina aja yang membeli makanan, makanan ayam goreng bumbu tepung atau seperti Fried Chicken. Gue dan teman gue hanya menatapnya dan mengiler-iler, tapi mulut gue tidak tinggal diam. Gue dan temen gue yang aneh itu udah memiliki persedian makanan. "Tet Tenenet Tenet... Kacang Turbo pedas dan karamel." keluarlah wahai makanan pengisi perut kami yang lapar, sangat lapar ini. Dengan malunya kami membuka dan memakannya dari dalam tas teman gue yang memakai kaos abu-abu itu. Betapa malunya, tertawa sendiri melihat hal yang gue sama teman gue lakuin. Selagi gue makan, banyak teman SMP gue yang bermunculan. Untung aja tidak melihat hal yang gue lakuin.
Turbo yang ditaruh di tempat doner kebab secara tersembunyi. Kesanya makan doner kebab. Padahal isinya turbo harga 3 rb, dan di depan tempat itu ada hadiah dari turbonya.
Namun Doner kebabnya duah lenyap (hiks...). Sampai akhirnya semuanya habis. Dan lagi, gue kedatangan tiga teman gue. Terpaksa gue menemuinya, dan menungguinya makan. Gue kembali mengiler dan perut gue berkata.
"Modal kenapa! Makan woy!" ibaratkan perut gue bisa ngomong mungkin seperti itulah, sedihnya hidup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu