Suara pintu kereta terdengar, pemberhentian di sebuah stasiun sedang terjadi. Pergantian penumpang, perlahan desak-desakan untuk keluar dari gerbong, dan perlahan masuk untuk menusuk celah-celah tempat dari sesaknya penumpang.
Si bocah menatap seseorang masuk. "Aku batalkan matiku dan pergi jauh."
Teman bocah menata ke arah bola mata si bocah. "Apakah kehilanganmu semudah itu ditemukan?"
Si bocah menatap temannya dan heran. "Apa yang membuatmu mempersulit hidupmu? Bukankah menemukan yang baru bisa menjadi obat yang berlalu?"
Teman si bocah menggidikkan kedua bahunya. "Tidak ada yang tahu, adakalanya kita menaruh harapan dan terjatuh. Bisa jadi itu obat, atau air keras yang membuat luka semakin meluas?" Sekali lagi teman si bocah menggidik.
Si bocah membuang muka, kecut.
***
Selama dua bulan, si bocah terus menaiki kereta di waktu yang sama, mengamati seseorang itu di kereta, seseorang itu bersama seorang anak kecil yang ia gandeng terus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu