Hehe...
Ya, hari itu aku masuk pas di sesi kedua, (eh baru inget ternyata belom absen sama sekali kemarin...) Ya, pas masuk ternyata lagi istirahat, aku rehat sejenak, duduk di tempat sedapatnya, sempat diajak ngobrol oleh UAS (Ustadz Amri Simanjutnak, haha), bicara dimana rumah yang ternyata dia pernah ke daerah dekat rumahku. Aku selalu suka ketika berbincang orang baru terutama ketika kita memiliki pemikiran atau pengetahuan yang terhubung. Aku merasa berguna tahu hal-hal tidak penting tuh :').
Rupa-rupanya di kelas sedang sibuk kerja kelompok per baris. Setelah masuk, tanpa disangka temen yang udah cukup dekat di kelas ternyata menyisihkan kursi sebelahnya untukku. Dia menoleh dan membersihkan buku-buku di meja sebelahnya. "Sini."
Wah, aku terharu, nggak hanya ini bikin terharu sih, pas telat, hampir semua orang nanya wah telat? Kenapa telat? Pernah waktu nggak masuk ditanyain, kemana kemarin nggak masuk? Hal-hal sepele kayak begitu membuat diri ini merasa sangat dihargai dan bikin senyum sendiri.
Akhirnya aku duduk di barisan kedua seperti minggu kemarin, dan ternyata juga komposisi di baris ini masih serupa dengan minggu kemarin, walau ada satu tambahan deng. Aku duduk di tengah diantara lima kursi, sementara di kursi paling kiri menghadap ke papan tulis ada Hanif, dia masih SMA, dia mondok, dia guruku waktu minggu kemarin, bahkan minggu ini juga, walau suka tidur, tapi dia sudah punya maklumat yang banyak, dia bilang, sekarang terasa mudah soalnya pas SMP dia digenjot habis-habisan. Memang rasanya tuh jika sudah tahu nikmat ya... :")
Nah sebelah kanannya Hanif ada 'Syekh' Agus Nurokhim. Kata-kata syekh itu sebenarnya julukan yang udah jago, dia terkadang suka kerja sendiri, tapi kemampuannya jangan ditanya, untuk proses berpikir kebanyakan dari dia, kalau aku? Ya, paling nebak-nebak, terus kalau bener salaman ke mereka dan bilang "Shohih Shohih." Sambil tertawa semua. Menyenangkan.... :D
Sebelah kananya Ustadz Agus, ada aku, sebelah kanan aku ada Mas Andriyan, ini orang pertama yang deket banget dan selalu meledekiku soal nikah-nikah dan segala tetekbengeknya. Dia kalem, lebih jago dariku, sedikit aja sih wleek :p. Tapi, untuk bertukar pikiran, dia cocok, istilahnya kita nyambunglah kalau ngobrol, sekarang ritual kita pasti es cendol sebelum dzuhur. Nikmat betul panas-panas duet dengan es cendol.
Nah, sebelah kanannya Mas Andriyan ini orang baru di baris ini, namanya Mas Suratman, seperti dipostingan sebelumnya, dia dari Tanggerang, perawakannya tinggi dengan kumis dan jenggot, tapi kalau ngomong agak mendayu, tapi asyik dan mudah tertawa. Dia jadi jubir kelompok dua pas pertama kali diperintahkan untuk membaca. Yang lucu di akhir kelas pas saat tahu namanya cuman Suratman, aku tersontak ketawa, "itu segitu doang namanya?" tanyaku, dia ikut ketawa begitu saja. Eh gak lucu ya? Ya, kalau live itu lucu kok, insya Allah hehe.
Itu dia kelompok baris 2 ikhwannya. Dari siang hingga pulang, pelajaran lebih sering latihan. Setelah menjelaskan ulang beberapa materi yang ternyata aku sibuk sendiri, yang Hanif tertidur, yang Mas Andriyan kuganggu terus, yang Ustadz Agus terus nyari tahu akan jawaban yang dia lontarkan yang ternyata pas dia pamahi salah, yang entah apa dilakuin oleh Mas Suratman. Akhirnya kita disuruh mengerjakan beberapa soal perkelompok.
Aku berada di tengah, yang kanan Mas Andriyan ternyata sibuk sama Mas Suratman, mereka sibuk mengartikan soal-soalnya. Sementara itu sebelah kiriku Ustadz Agus udah ngegas aja dengan menelusuri kata perkata dengan menyebutkan penggunaan perubahannya. Sementara itu Hanif masih tidur. Lalu aku? Aku bingung, dan selalu menceloteh sendiri. "Ini kerja." Tunjuk aku ke Ustadz Agus. "Ini kelompok." Aku menunjuk satu barus. Lalu aku tertawa sendiri, kadang ditanggapi Mas Andriyan, kadang tidak ... krik krik kriik.... Dan terkadang kerjaanku berceloteh gak jelas, mau mengartikan sendiri, tapi kok males. Mau ngelakuin yang dilakuin Ustadz Agus tapi kok sulit kalau gak tahu artinya, duh, hidup-hidup...
Hanif terbangun, eh ternyata dia akhirnya sibuk sama Ustadz Agus. Oke cukup... Aku terdiam ditengah nulis soal dulu hingga selesai. Sesekali main main HP doang, terus nanya-nanya ke Mas Andriyan arti-artinya, tapi dia terlalu sibuk. Hingga akhirnya aku merasa frustasi, udahlah, nggak usah dikerjain, kerja kelompok ini. Benakku.
Eh, rupanya Allah punya sekenario lain, tiba-tiba kami disuruh duduk melingkar. Aku yang belum sama sekali, akhirnya menyatukan arti-arti dari Mas Andriyan dan Mas Suratman dengan yang dikerjakan Ustadz Agus dan Hanif. Di situ timbul banyak tawa.
Aku yang suka sok-sok nebak, dan jika benar langsung. "Luar biasa-luar biasa, udah bisa-udah bisa." Oleh Mas Andriyan, sontek kubalas dengan jabat tangan dan tersenyum. "Shohih-shohih." Ternyata membuat Mas Suratman tertawa terbahak-bahak.
Anehnya tuh, Mas Suratman kan tugasnya mengartikan, pas ditanya. "Jadi kata ini artinya apa?"
Dia diem aja, pas aku lihat buku tulisnya. "Laaaah, gak nulis apa-apa? Perasaan tadi kayaknya khusyuk banget tapi malah gak ditulis."
Dia tertawa sambil menunjuk Mas Andriyan. "Hahaha, iyaya, kok saya nggak tulis ya? Itu Mas Andriyan nulis kan?"
Beruntungnya Mas Andriyan menulisnya. Kita semua tertawa, beberapa kali nebak-nebak, dan disini merasakan perasaan yang hmmm wah pusingnya sebulan kemarin seolah terbayar, seolah nikmat banget pas ngerjain, walau terbilang masih dibantu-bantu, tapi rasanya puas ketika bisa menyelesaikan.
Saat itu beberapa tawa terjadi karena Ustadz Agus yang mengklaim dirinya mabok ayam bakar, yang membuat dia kehilangan fokus dan salah beberapa kali dan kita semua tertawa. Disitu Hanif paling tenang jika memberi penjelasan, dan aku sangat suka kerja secara kelompok berdiskusi. Ya pertama karena aku nggak ngerti-ngerti amat, tapi diskusi itu atau berbincang itu menyenangkan ya.
Hingga akhirnya aku berhasil mengerjakannya semua latihan dengan bantuan mereka berempat. Ternyata kerjaannya itu harus dikumpulkan, untung satu aja. Tapi aku shock, karena yang mengerjakan semua itu baru aku doang (Karena aku menggabungkan pekerjaan mereka tepatnya). "Waduh, ini mah harus nulis ulang lagi." Aku menunjukkan ke teman-temanku betapa jeleknya tulisanku. Mereka tertawa... Akhirnya kita memutuskan Hanif yang menulis ulang, karena tulisan dia paling bagus dan dia gak perlu contekan yang aku kerjain, karena dia bisa mengerjakannya sendiri...
Sore itu kelar sudah kelas, diakhiri dengan foto-foto, tapi kali ini tidak dengan sebaris itu. Ada satu anak yang sangat ambisius, aku suka melihat orang ambisius dan berupaya mewujudkannya. Dia ingin posting di instagram tentang lelah berpisah, mereka foto dengan gayanya. Yang diakhiri mau merekam video, saat itu aku yang relawan jadi perekamnya, tapi ternyata mereka malu-malu hehe. Ah kalian lucu banget.
Aku pun iseng akhirnya ngerekam-rekam pake ponsel orang lain. Terus mereka pada ngomong satu-satu hehe pun akhirnya diakhiri dengan foto bersama dan selfie.
Hari itu, hari yang panjang. Tapi aku merasa seolah kembali menjadi siswa dengan segala kerinduan aku akan kampus atau sekolah. Tanpa sadar ternyata aku memilikinya kembali. Ada guru, ada para murid, ada yang pinter, ada yang keblinger, ada yang suka nyeletuk, ada yang bertanya jauuuuuh banget kedepan kadang buat berpikir "ini orang nanya apa?" Dan aku tertawa sendiri... atau sedih sendiri, wah ternyata banyak banget yang belum tahu. wkwkwk
Rasanya aku jadi rindu untuk menunggu minggu. Memang sebuah kenikmatan banget bagi karakteristik orang yang suka keramaian, suka ngobrol banyak orang, suka tidur di kelas tuh terhadap sekolah atau semacamnya.
Bahayanya, aku sudah menjadi Hilmy dikelas sebagaimana mestinya, dan dulu aku suka sekali nyeletuk dan terkadang suka kebablasan, semoga kali ini lebih dijaga. Hehe.
***
Pas ngerjain, ada suara tinung-tinung, tampaknya ada ultraman sekarat... Hehe. Kita semua tertawa...
Bonus untuk yang baca... :D
Ini iseng fotoin yang lagi pose-pose, lanjutkan mabro! |
Ini ada aku. Maaf kalian ngeblur ya :p |
Ini tidak ada aku. Dan kalian tidak ngeblur kan? |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu