Si bocah terdiam setelah turun dari kereta itu, menatap punggung banyak orang yang segera menuju pintu keluar.
"Kenapa kamu tediam?" Tanya teman si bocah.
"Aku sudah mendapatkan sebuah jawaban, dari pertanyaan yang belum tersampaikan bahkan."
"Apa itu?"
"Persimpangan jalan yang telah aku lewati, Tuhan (Allah SWT) telah menggiringku ke suatu jalan." Bocah itu menoleh ke arah temannya. "Dan aku akan meninggalkan persimpangan itu dengan tegap dan tak berpaling."
Teman si bocah tersenyum. "Kita lihat saja nanti, walau aku tahu kamu tak akan bisa kembali ke persimpangan itu, tapi kenangan itu seperti setan, dia selalu disekelilingmu."
"Dan Tuhan (Allah SWT) tidak tinggal diam." Si bocah tersenyum menampakkan gigi-giginya yang rapih.
Teman si bocah tergelak. "Aku suka, aku suka. Setidaknya, gigimu tampak sekarang."
Si bocah ikutan tertawa. Mereka berjalan bersama arus para penumpang, melihat sercecah cahaya dari balik bangunan sederhana bernamakan stasiun. Lalu langkah mereka terhenti lagi, teman si bocah menatap si bocah, ia mengambil sesuatu di dalam tasnya kemudian memberikan ke si bocah.
"Apa ini?" tanya si bocah.
"Undangan."
Si bocah menatapnya sekilas lalu menepuk jidat lalu mereka berdua tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu