Sore ini, seperti beberapa minggu yang lalu, mendung sudah terkandung mengerikan, jika tak cepat maka hujan akan membasahimu. Dan jika dirimu basah, maka kamu tidak kering... hmm oke apasih...
Tapi, berbeda dari mendung-mendung sebelumnya, tampaknya perjalanan pulang ini aku memiliki sebuah permainan (setidaknya bagi diriku sendiri). Saat aku keluar dari tempat biasa, aku melihat beberapa akhwat menggunakan motor pergi duluan (dari tempat yang sama denganku). Ya, aku tidak memerhatikan seksama, cuman selintas ada yang mudah terlihat seperti warna jaket atau pola rok.
Saat itu perjalanan dibawah tol bogor, aku yang jalan belakangan setelah para akhwat itu, ternyata mendapati satu akhwat yang masih terus berjalan satu arah denganku, beberapa kali ku susul tanpa maksud apapun sebenarnya memang karena terkandung mendung aku segera bergegas.
Ketika aku belok dan memasuki jalan raya bogor, ternyata dia juga!!! Disinilah dimulai balap-balapan liar kami, lebih tepatnya, balap-balapan liarku.
Aku tak tahu siapa akhwat itu. Tapi yang aku tahu kita seolah bertanding sore itu, membuat kecepatan penuh terasa menyenangkan. Saat itu aku berada di belakangnya, tapi aku nggak mau kalah, walau aku tak habis pikir, kok wanita-wanita naik motornya pada ngebut-ngebut ya? Atau akunya aja yang lambat?
Tanpa pikir panjang, dengan berupaya bahwa kabur dari mendung ini akan sangat menyenangkan jika ada tantangan, aku pun akhirnya memutuskan untuk harus bisa melewati motor akhwat itu. Dan ya beberapa kali ku kejar, akhirnya beberapa kali berhasil. Setiap berhasil tuh ada kepuasan sendiri, kayak berhasil memenangkan sesuatu (main-main sendiri, merasa menang-menang sendiri, but, memang rasanya menyenangkan).
Tapi beberapa kali aku pun tersusul, harus aku akui gesit juga dia mengemudinya, dengan motor bertenaga 125 cc, dia melaju jauh lebih cepat saat di jalanan begitu lengang. Sementara motorku 110 cc harus beberapa kali terbalap di jalan lengang itu.
Beberapa kali kita saling menyusul saat macet-macet atau menjelang lampu merah. Terkadang aku tepat di belakangnya, atau sebaliknya. Hingga akhirnya aku pikir kita berpisah di fly over stasiun cibinong, tapi ternyata aku salah, dia masih satu arah denganku. Tapi, karena begitu macet aku masih di belakangnya.
Mengerikannya adalah, saat macet itu ternyata rem depanku blong... Wow... Beruntung Allah masih menyelamatkanku dengan remnya blong saat macet bukan saat ngebut. Sepertinya remnya kepanasan karena sering ku pake rem saat itu. Aku jadi teringat saat turun dari bukit moko dan rem blong, itu mengerikan sekali!
Saat rem blong aku pelan-pelan, walau beberapa kali aku berhasil menyusulnya bahkan sempat di sebelahnya, tapi akhirnya aku kalah pada macet terakhir sebelum kita berpisah karena aku harus pergi ke arah Tapos sementara itu dia ke arah Jakarta atau mungkin Depok.
Kekalahan terakhirku karena salah mengambil jalur, aku mengambil jalur mobil yang berada di sebelah kanan yang aku pikir akan ada celah untuk menyalip dan mengambil jalur kanan yang sebentar lagi tidak ada pembatas jalannya, tapi aku terlalu cepat. Ketika aku mengambil paling kiri jalur motor, aku mendapati akhwat itu masuk ke arah kanan, aku terkejut, karena arah kanan itu mengarah ke Tapos, tempat tujuanku selanjutnya.
Tapi, aku salah, ternyata dia sudah paham medan di sini, dia mengambil kanan ke jalan yang tidak ada pembatasnya lalu menunggu pergerakan persimpangan hingga lengan dan dia dapat menyebrang persimpangan dan melaju begitu cepat. Sementara itu beberapa menit baru jalur kiri terbuka (karena banyaknya mobil menghadang di persimpangan). Aku akhirnya tahu kapan harus mengambil kanan untuk berbelok.
Ya, balap-balapan liar tak penting itu pun berakhir, tapi benar-benar jadi tak terasa perjalanan ini, tau-taunya sudah mau membelok ke arah Tapos aja, dan Alhamdulillah tidak terguyur hujan, dan aku masih kering jadinya tidak basah... Hehe...
Soal akhwat itu, aku tidak tahu dia menyadari aku salah seorang dari tempat yang sama dengan dia atau tidak. Tapi, jauh juga ya perjalanan dia...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu