Setiap aku pergi ke masjid bareng Mas Salingga aku merasa senang, aku seperti berjalan dengan seorang ayah yang aku dambakan. Aku kagum dengan dia, dia ayah yang kekinian, dari cara dia mengajarkan Ayyash aku senang sekali melihatnya dan tidak sabar jika aku diposisi dia--walau belum tentu bisa sehebat dia.
Karena perjalanan ke masjid itu, aku bisa cerita banyak, dan aku benar seperti "bocah" aku bisa cerita apapun ke dia dengan nada anak-anak atau serius. Pernah satu waktu kita menggunakan motor dari masjid. Aku cerita banyak tentang rasa kantor baru gimana-gimana, terus saat itu sudah sampai kantor seharusnya tapi karena saking serunya dia melajukan motornya lagi dan jadilah kita berkeliling komplek hanya karena ceritaku belum selesai.
Jadi, aku sedih, di kantor baru, perjalanan ke masjidnya sebatas 5-10 langkahlah, tak ada obrolan ngalur ngidul dan tidak ada Mas Salingga. Walau Mas Salingga sering aku bully (aku ledekin dan dia sering protes kalau kata-kataku itu nyakitin) tapi dia selalu memberi nasihat yang baaaaiiiiikk wkwkwk walau terkadang ngaco, tapi aku seolah bisa menerimanya aku pernah cerita disini. Dan setiap aku balik ke kantor lama, aku tidak mau jika tidak ngobrol ke Mas Salingga, walau terkadang dia sangat fokus sekali pas ngoding dan memang tampaknya banyak hal yang harus dikerjakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu