Jumat, 12 Oktober 2018

Temannya Ilham

Selain Ilham (anak komplek di kantor yang suka berkeliaran ketika aku dan anak kantor sedang menuju ke Masjid) ada temannya, ah aku lupa namanya, dia berbadan lebih berisi dibanding Ilham. Giginya ada yang hitam dan ompong, dan ada yang gingsul. Kalau Ilham suka ngajak berantem-beranteman, kalau dia lebih mudah diajak ngobrol.

Beberapa kali pernah main bola bareng temannya Ilham itu, bareng Ilham juga sih. Kita tendang-tendangan pakai bola plastik, rasanya jadi mau futsal, terus keinget masa-masa kecil. Pernah juga suatu waktu aku jalan dan mereka tidak main bola, aku bertanya sebelum begitu dekat dengan mereka. "Kemana bolanya?"

Temannya Ilham itu tiba-tiba merangkul tanganku dan mengadu. "Bolanya nyangkut digenteng semua." dia menunjuk ke arah genteng yang tampaknya terdapat dua bola plastik.

Aku tertawa kecil. "Yah, nggak bisa diambil itu ya?"

"Iya susah." Sahutnya.

Tapi, karena aku buru-buru, aku jadinya izin pamit tidak bisa membantu apa-apa, hanya sekadar bertanya.

Lalu, hari Jum'at, pagi itu pikiran aku biasa saja tapi perasaanku tidak enak, entah telah atau akan terjadi apa, aku berjalan ke masjid sendirian untuk jum'atan. Lalu melewati rumah si temannya Ilham itu, terlihat dia sedang dipakaikan celana oleh ibu atau mungkin bibinya. Aku melihat ke arah dia dengan tersenyum, lucu ya dipakaikan pakaian tuh.

Lalu dia menoleh tiba-tiba ke arah luar, aku yang masih melihatnya lantas reflek berkedip dan tersenyum. Temannya Ilham pun merespon dengan menyengir. Ah, aku mendadak jadi bahagia, aku mesem-mesem sendiri saat itu. Perasaan yang tidak enak itu seolah sedikit diredamkan oleh momen itu.

Kapan-kapan kita main bola lagi oke?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu