Rabu, 03 Oktober 2018

Menerjang Dunia Tanpa Batas

Kemarin aku berbicara sama teman kantorku, kalau aku benar-benar tidak bisa copywriting dan tidak mengerti bagaimana sebuah tulisan dapat menarik dan menjual bagi orang yang membacanya. Dan disitu aku telah kehilangan diriku yang telah kubangun selama ini.

*

Bukankah selama ini berkhayal, bermimpi, melakukan hal yang tak pernah dilakukan, berkarya, membuat sesuatu yang baru adalah kesenangan? Kenapa aku harus mengkebiri semua itu? Apa karena orientasinya sebuah pekerjaan? Apa karena aku disuruh dan bukan keinginanku sendiri? Pemikiran itu tampaknya menghalang-halangiku untuk kembali ke Dunia Tanpa Batas.

Saat itu, aku mendengar rekaman lagu yang dibuat oleh teman-temanku, dan disitu, aku yang menulis liriknya. Walau amatir, tapi siapa sangka aku akan menulis sebuah lirik lagu? Dan lagu itu menjadi kenangan sendiri untuk para alumni angkatan dan sebelum angkatku di Aksara. Tapi, tentu saja, semua ini terasa hidup karena para gitaris handal yang membuat indah kata-kata ini.

Jauh sebelum itu, aku tidak pernah terpikir untuk menulis sebuah puisi-puisi, pada akhirnya itu menyenangkan, membiarkan kata-kata saling mengenal tapi tak terlalu terlihat, lalu teman-teman SMK-ku meminta izin untuk dibuat lagu, dan wow, kalian sungguh menakjubkan, bagiku itu adalah apresiasi, dan salah satu keinginanku juga bisa main musik untuk buat musikalisasi puisi atau lagu sendiri. Tapi, sayangnya sekarang hanya bisa kunci dasar doang hehe.

Menariknya, dulu pernah karena bagian pembuat konten, iseng buat puisi masukin sendiri puisinya ke konten koran mingguan kampus, hehe curang ya... Karena merasa butuh lebih banyak sastra di Aksara ini, sewaktu aku menjabat kepala divisi di Aksara aku dan teman-teman pun mengusulkan membuat musikalisasi puisi yang epik... Walau ketika aku menjabat tidak terwujud, eh ternyata anak-anak baru bertalen hebat-hebat, hingga akhirnya sempat membuat musikalisasi puisi di cafenya Pidi Baiq, waw, kalian keren guys! Saat itu aku sudah terlanjur sibuk yang lain, aku hanya bisa menikmatinya saja. Aku terharu dan merinding saat melihat aksi kalian-kalian. :")

Dan musikalisasi puisi selalu menjadi senjata kita dalam open mind, acara-acara kebudayaan, atau apapun. Sayangnya aku tidak sempat berpatisipasi sedikit pun.

Jauh sebelumnya lagi, siapa terpikir untuk menulis? Bahkan baca saja tidak suka, menerjang Dunia Tanpa Batas memang penuh kejutan. Berhari-hari, semangat bangun pagi untuk menulis, sehari beberapa lembar, kecewa rasanya tidak ada lembar yang didapat dalam sehari.

Jauh-jauhnya lagi, ah, sungguh tidak habis pikir, betapa payahnya aku ketika tidak memiliki teman, hobiku hanya guling-guling di kasur dan membangun sebuah imajinasi yang tak terbatas, ketika ada orang aku suka? Pasti aku jadikan ratu, teman-temanku jadi pahlawan disekelilingku, kita berperang, terkadang menggunakan senajata pada umumnya, terkadang menggunakan sihir-sihir hebat. Atau-atau terkadang beberapa anime aku adaptasi untuk imajinasiku. Menyenangkan bukan, jika bisa mengarang sebebas itu? Kita bisa menjadi apa yang kita mau, menjadi apa yang kita impikan.

Puncaknya, untuk yang paling aku kenang adalah, Animasi. Tidak pernah terpikir sedikit pun olehku untuk membuat animasi. Secara gambar aku tak bagus, dari cerita, mana pernah aku buat cerita untuk sebuah peragaan. Dan, dengan dukungan teman-teman, dengan kepercayaan diri berusaha Menerjang Dunia Tanpa Batas, aku melaluinya, dengan tanggung jawab yang selalu bisa saja aku dicaci atau ditinggal pergi, seperti animasi pertama yang gagal total karena salah teman, tapi teman-teman semua percaya kepadaku, disitu, aku tidak hanya menulis cerita tapi sekaligus mengarahkan dari awal hingga habis, siapa yang pernah terpikir aku dan teman-teman akan membuat animasi amatir? Semua itu adalah kesenangan Menerjang Dunia Tanpa Batas.

Lalu, kenapa sekarang aku merengek kalau aku tidak bisa? Apa karena ini sebuah pekerjaan? Atau karena lebih banyak orang hebat diluar sana yang membuatku merasa ini tidak akan bisa, ini tidak akan berhasil? Atau karena aku takut dikritik atas kekurangan yang aku lakukan? Tamparan untuk diriku sendiri atas beberapa hari yang menyerah dengan mimpi. Bukankah aku sedang Menerjang Bebas Tanpa Batas ditengah pekerjaanku ini? Ah, jangan lemah seperti itulah.

What's next? Setelah merenung lebih jauh, apa-apa yang pernah aku alami, apa-apa yang aku punya kini sudah insya Allah kurencanakan untuk terpatri dalam dakwah. Terlebih keluarnya buku Felix Siauw terkaut Art of Dakwah, aku semakin yakin, mungkin ini semua tujuan perjalanan Menerjang Dunia Tanpa Batas, termasuk untuk menyebarkan kebaikan. Hehe

Saatnya kembali, Menerjang Dunia Tanpa Batas... ;)

***

Selamat menikmati, masa laluku. Suatu hari nanti aku akan mengingat catatan ini saat aku merasa, aku tidak mampu.

Lagu Sang Penerima Karma - Anak-anak SMK

Lagu Aksara

Animasi De Wayang Urban

Animasi Ego

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu