Sabtu, 20 Oktober 2018

Kita Tidak Tahu, Allah Maha Mengetahui

Tanpa sadar Allah telah memberikan, tapi aku tidak menyadarinya dengan baik, karena hati tertutup oleh hasad.

Walau hanya sementara, tapi bukankah semua yang ada di dunia ini memang sementara?

*

Aku ingat betul, waktu itu timku (Nebula) bersama 4 orang pria yang mereka introvert semua dan aku ekstrovert sendiri, aku dan mereka merumuskan sebuah paper di kamar kosku dengan ide membantu petani dengan teknologi.

Jauh sebelum terbesitnya ide itu, beberapa hari kita mencari masalah, beberapa kali kita presentasi, beberapa kali seolah kita sedang mengarang kata-kata yang berdiksi tinggi dan saling mengutarakan. Itu hal yang tidak pernah terjadi selama hidupku sebelumnya.

Namanya mas Adib, dia mentor timku waktu itu, dia sukses ke luar negeri dengan papernya yang memukau, dan sungguh tulisan dia memiliki diksi tingkat tinggi yang terkadang aku tak tahu. Kita  berlima saling diskusi hingga akhirnya terbesit ide untuk melawan tengkulak dengan teknologi.

Waktu itu, belum ada atau mungkin aku belum tahu soal ide-ide start up terkait pertanian. Akhirnya kita pun buat bagaimana petani bisa menjual dagangannya langsung, bagaimana orang-orang bisa berinvestasi terhadap petani. Kita tulis dengan rujukan sebisa mungkin dan menggunakan bahasa inggris. Setelah semua selesai, kita pun mengirimnya dengan penuh harap, saat itu penyelenggara konferensinya entah di Singapura atau Malaysia, aku lupa.

Setelah beberapa hari berlalu, akhirnya kita mendapatkan jawaban. Dan jawabannya itu sungguh menyakitkan. Paper kita dibilang sangat amatir, bahasannya pun dibilang sangat kacau. Intinya kita ditolak mentah-mentah.

Beberapa bulan kemudian ada kompetisi hackathon, aku lupa dimana, tapi sang juara atau juara keberapa aku lupa, ternyata mereka menyuguhkan ide yang terpikirkan oleh kami. Bahkan mereka sampai diundang ke istana, kalau gak salah sekarang menjadi start up sendiri dan ternyata pendirinya anak telkom juga.

Aku tersenyum-senyum sendiri, ternyata ide yang dipikirkan oleh timku bagus, hanya saja salah tempat dan memang bukan jodohnya.

Tapi, bertahun-tahun kuliah, lulus dan kerja. Siapa yang menyangka, sebagian ide timku (tentang investasi atau modal ke petani) telah banyak direalisasikan, dan salah satunya adalah di tempat aku bekerja (walau sementara katanya).

Aku baru sadar semalam, apa yang pernah aku pikirkan, dan apa yang sekarang aku lakukan. Sebenarnya masih ada di lane yang sama, seperti aku kembali ke masa lalu itu dan kini mengerjakannya lagi, untuk petani. Dan segala perjalanan ternyata melemparkan aku ke sini, aku pun tidak pernah terpikirkan akan bekerja disini walau mungkin hanya sementara.

*

Beberapa bulan yang lalu, azzamku begitu kuat, setelah menabung uang cukup banyak untuk membeli laptop yang selama ini aku inginkan, dan setelah begitu kekejaman terjadi atas laptop lamaku yang membuat agak trauma beli versi lama. Hingga akhirnya saat itu aku memutuskan ingin membeli laptop yang tahunnya baru-baru ini.

Tapi, apa daya, ternyata ada kebutuhan yang lebih-lebih mendesak dan memang itu kebutuhan bukan main-main. Akhirnya aku membatalkan azzamku untuk membeli laptop baru. Aku tetap berusaha menikmati apa yang aku miliki sekarang. Malah teman-temanku yang berkesempatan membeli laptop yang aku inginkan.

Tentu saja, rencana Allah itu memang yang terbaik. Setelah perjalanan yang sebenarnya agak berat bagiku, akhirnya aku dipindahkan kantor dan dipinjamkan laptop yang sebenarnya ingin aku beli sebelum-sebelumnya. Dan aku baru sadar semalam, aku tersenyum-senyum sendiri.

Tidakkah kah kita harus mempercayai bahwa Allah tahu yang terbaik untuk kita? Di waktu yang tepat untuk kita?

Dan walau semua ini cuman sementara (kerja dan laptop), Allah memberikan aku kesempatan, mungkin untuk melihat apakah aku memang layak? Atau masih ada rencana lain yang tersembunyi?

Aku senang melihat orang yang bekerja dari hatinya dengan tujuan yang sesuai pada dirinya, dan aku pikir aku mulai memahami semua itu.

*

Setelah beberapa hari merasakan fasilitas kantor yang sementara ini dan perlu dijaga. Aku berpikir hidup tak jauh bedanya dengan itu. Semua itu hanya pinjaman, sementara, kita harus menjaganya baik, kita sangat bertanggung jawab dengan itu semua, seandainya kita merusaknya, kita harus ganti rugi, jika kita menghasilkan yang terbaik dari pinjaman itu, kita akan mendapatkan hadiah.

Insya Allah.

***


Tim Nebula dan di kamar kosanku.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu