Aku akan mempertimbangkan lamat-lamat untuk calon istriku yang berprofesi guru di sekolah dan tidak bisa bawa motor.
*
Beberapa hari ini abi pergi keluar kota dengan urusannya. Lalu tersisalah aku dan umiku di rumah. Mau tidak mau, aku harus menggantikan abi untuk mengantar umiku ke sekolah setiap paginya. Dan itu benar-benar merubah siklus kehidupanku.
Alih-alih enggan bekerja kantoran di korporat besar atau di perusahaan milik negara adalah menghindari jam masuk yang sangat pagi dan penuh dengan permasalahan jika telat.
Pada akhirnya aku tidak bisa tertidur lagi selepas subuh, aku harus mengantarkan umi ke sekolah. Aku pun bercerita ke umi, kalau aku mungkin akan menghindari mempunyai istri yang adalah seorang guru.
Hari pertama aku mengantarkan umi, selain karena terlalu pagi, jalanan pun padat karena harus bertempur dengan para pekerja yang harus tiba sebelum kesiangan, dan juga para pelajar-pelajar yang beranjak ke sekolahnya bersamaan denganku.
Sesampainya di sekolah, hari pertama ada seorang bapak-bapak ngamuk, karena hampir mobil dan dirinya terkena sepatu milik anak yang sedang mengambil sesuatu yang nyangkut di pohon. Bapak-bapak itu adalah orang tua murid, dia berdiri di batas anak-anak dan orang tua murid sambil berteriak memaki-maki.
Permintaan maaf pun enggan ia terima, ia terus memaki-maki--bapak itu. Bahkan hingga menyalahkan guru-gurunya karena tidak mendidik dengan baik. Hah, masih saja ada orang kayak begitu ya. Dikira guru itu pesulap. Walau mungkin dia hampir dirugikan, aku tidak suka dengan caranya yang begitu tidak mendidik, apalagi dihadapan banyak murid-murid yang menontonnya. Anak adalah peniru yang baik, sangat baik, sayang jika harus menyaksikan hal begitu dan terekam dimemorinya lalu menjadikannya contoh. Semoga tidak.
Hari kedua, lebih parah, karena kesiangan dikit sehingga benar-benar macet sekali. Sesampainya di sekolahan pun anak-anak sudah berbaris. Namun, aku terkejut atau heran sendiri atau senyum-senyum sendiri. Pas aku dan umiku sampai, ada beberapa anak-anak melihat ke arah kami lalu mereka berteriak. "Bu Evi-Bu Evi~." Evi itu nama umiku, anak-anak itu sedikit membuat keramaian di barisan mereka. Hingga akhirnya umi buru-buru untuk masuk ke sekolah dan aku menyaksikan itu. Semoga mereka menjadi anak hebat.
Dan sekarang aku, hmm, 2 hari ini tiba di kantor jam 7-an, kantor pun masih sepi, bahkan ketika aku menulis ini, aku seorang sendiri, dan hanya suara dentuman detika jam yang terdengar. Mataku sayup-sayup, mungkin sebentar lagi aku akan tidur di sofa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu