Senin, 08 Oktober 2018

Tatapan Teduh itu?

2 Bulan 13 hari.

Drrrr...

Pintu kereta terbuka, suara announcer terdengar. Orang silih berganti, bertukar tempat dari atas kereta menjadi di atas peron, begitu pun sebaliknya.

"Sudah kubilang, harapanmu akan jatuh, semakin dalam." Kata teman si bocah, menatap seseorang yang sudah diikuti oleh si bocah selama 2 bulan ini. "Lihat, sekarang anak kecil itu digendong seorang pria dan mereka bercengkrama." teman si bocah merasa senang, nasihatnya terbukti.

Si bocah tersenyum, teman si bocah heran.

"Apa yang membuatmu tersenyum?"

Si bocah akhirnya menatap temannya. "Tidak kamu tahu apa yang aku lakukan dua bulan ini." tuturnya.

"Apa?" teman si bocah yang baru bersama lagi dengan si bocah pun penasaran.

"Selama 2 bulan, wanita dan anak kecil itu selalu bersama pria itu."

Teman si bocah terdiam, "apa maksudnya?"

"Matanya yang teduh, senyuman yang lepas dan tulus. Mereka suka saling bertatap, penuh kasih dan sayang kupikir. Terkadang bercanda gurau dengan anak kecil itu. Lalu mereka tertawa bersama, saling usil juga, dan mereka turun saling bergandengan tangan menatap cahaya kecil dari balik pintu."

Teman si bocah semakin bingung. "Apa maksud semua itu?"

"Mungkin aku telah melewatkan." sahut si bocah. "Tapi, tidak akan untuk kedua kalinya."

"Ayolah, jelaskan dengan baik."

Si bocah menatap temannya. "Kita tidak akan tahu, sampai kita merasakan kehangatan..." Si bocah tersenyum. "Keluarga kecil kita sendiri nanti."

Teman si bocah terdiam. Dia tidak tahu maksud omongan si bocah. Kereta terus berjalan hingga mereka tiba di tempat tujuan mereka. Lalu mereka berpisah dengan keluarga kecil yang sudah diamati oleh si bocah selama 2 bulan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu