Senin, 22 Oktober 2018

Super Cimit

Seperti biasa, aku pasti datang paling awal. Sebenarnya bukan karena rajin, karena aku tidak pulang dulu sehingga aku mau tidak mau tiba lebih dulu dibanding yang lain.

Hari itu, karena aku kapok digigit nyamuk, akhirnya aku berinisiatif membeli sofel, bye-bye nyamuk, terus iseng beli waffle tango yang lima ratusan, kebetulan aku megang dua ribu, akhirnya aku beli empat. Dan begitu saja, aku juga tidak mengerti kenapa bisa beli begituan 2 ribu seutuhnya.

Setibanya aku di lokasi, seperti biasa juga aku disambut Ibrahim dan Khalid, tapi kali ini ada Ka Isma. Saat itu aku lagi membuka waffle pertama, terus pas keinget mereka itu anak-anak, wah rezeki mereka, aku pun membagikan waffleku kepada mereka.

Ibrahim paling seneng, kalau khalid malu-malu, lalu Isma tidak mau. Karena Khadijah masih sangat kecil untuk makan waffle ini, akhirnya aku bilang punya Ka Isma buat Ibrahim aja. Ibrahim sumringah sekali. Tapi, Khalid ternyata juga mau, dia pun melakukan diplomasi ke adiknya itu--Ibrahim. Akhirnya mereka pun membagi dua waffle milik Ka Isma.

Ka Isma anak pertama, dia cantik, paki kerudung panjang putih, dia lagi asyik belajar, tapi setiap aku tanya dia selalu malu-malu, aku jadi bingung sendiri, tapi bagus deh kalau sama cowok malu, cewek bukannya harus punya rasa malu terhadap lawan jeniskan? hehe, tapi kalau aku gak kegeeran, aku sering dilihatin Isma, jadi sebenarnya dia mau diajak ngobrol atau main, cuman malu-malu aja gitu.

Lalu adiknya Khalid, kalau ini dia pendiam sekali, dan ini paling mirip sama ayahnya. Giginya ompong tengahnya dan banyak hitam, katanya sih karena sering di kasih cokelat, tapi dia anak yang koperatif dan enak diajak ngobrol, tidak pemalu, pokoknya pas lah untuk jadi anak kedua (emang ada standar jadi anak kedua ya? hehe).

Adiknya Khalid, Ibrahim. Ini nih yang super aktif, giginya juga agak ompong. Dia paling jahil, kalau diajak ngobrol semangat sekali, tapi sebenarnya ucapannya susah untuk dipahami, ya mungkin akunya aja yang nggak biasa. Terus katanya kalau nyuruh dia tuh harus nyuruh seutuhnya. Misal soal pintu kebuka, dia gak bisa disuruh untuk menutup pintu. Tapi, kalau disuruh buka pintunya lalu tutup, dia baru paham. Ada-ada aja emang anak yang super duper aktif ini. Saat itu, dia mainin tangannya ke air es, terus diusap ke wajah dan rambutnya, lalu celupin tangannya lagi, eh malah diminum, walau sudah dilarang, tapi tetep aja, ketika acara di mulai, dia selalu ngikut, sambil tidur di pangkuan ayahnya, walau panas, walau banyak nyamuk, dia tetap ingin tidur sama ayahnya. Bahkan dia tidur di lantai halaman sambil dikipasin, ada-ada aja Ibrahim emang.

Lalu terakhir, Khadijah, ini baru bisa merangkak dan berdiri. Ini juga keningnya mirip ayahnya. Ya, nggak bisa deskiripsiin lebih banyak, karena masih kecil, giginya kata Khalid sudah numbuh dibagian bawah. Tapi Khadijah nggak mau menunjukkannya.

Ya, ke empat anak itulah yang menyambutku kemarin dengan ceria dan bercerita. Pas aku masuk ke halaman rumah, eh ayahnya malah menghilang masuk ke dalam. Aku mendadak terjebak oleh ke empat anak itu.

Saat itu, aku melihat Khadijah merangkak ke arah lubang yang berada di teras rumah yang berdataran lebih tinggi. Aku yang belum lepas jaket dan tas pun ngibrit menyelamatkan Khadijah dari jalan yang sesat itu. wkwk.

Pas Khadijah sudah di tanganku, wajahnya yang polos itu masih terdiam, Khalid asyik menunjukkan kalau dia punya gigi dengan memaksanya. Tidak lama, karena Khadijah mungkin merasa bosan terdiam (aku sudah berusaha mengajak bercanda) akhirnya dia menangis. Aku pun panik, terus ke tiga kakaknya hanya melihatnya dan tertawa-tawa.

Aku dengan terpaksa menggendong Khadijah. Awalnya diam sebentar, lalu nangis lagi, aku berusaha terus menggendong sambil melepas tas dan jaketku (karena ini berdebu sekali kayaknya). Aku coba gendong-gendong, coba dipangku, coba digimanain biar nyaman, ternyata sama aja pffffttt...

Akhirnya pahlawannya datang (ayahnya), dan aku memberikan Khadijah ke ayahnya, lalu dia terdiam. Dasar kamu pilih-pilih huh. Khadijah pun dibawa masuk ke rumah, kata Isma, Khadijah tidurnya malam jam 10-an, kalau Isma jam 9-an, berarti Khadijah masuk ke rumah mungkin untuk bermain sama ibunya. Karena saat itu masih jam 8-an.

Fiuh, aku pun lanjut ngobrol sama Ibrahim, walau aku nggak ngerti maksudnya apa, tapi dia bersih kekeuh untuk terus ngajak ngobrol, apapun dia bahas, mungkin usianya masih 2 atau 3 tahun. Dan tidak lama acara mulai mereka semua pada masuk kecuali Ibrahim, dia tetep menggelendoti ayahnya sampai tertidur.

Ngurus anak 4 beberapa menit aja udah pusing ya, gimana dulu ummi abi ya, warbyasah, mungkin untuk sebulan ke depan kita tidak berjumpa lagi, Isma, Khalid, Ibrahim, dan Khadijah. Karena ayahnya akan berangkat ke Palu jadi relawan, dan ternyata kemungkinan bareng sama Aufa juga (adekku).

Aufa berangkat ke Palu, dan itu pertama kali dia naik pesawat, dan siapa yang menyangka, pertama kali dia naik pesawat secara dadakan, dan gratis hihi. Luar biasa, Fa. Semoga ada kisah menarik di sana ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu