Seseorang berbicara di belakangku. "Waktu itu, pertama kesini, sepi banget. Saya bisa stress kalau ke tempat sepi nggak ada orang gitu."
Aku berkata dalam hati. "I same with you boy."
Bahkan, ada orang kantor yang terlihat pendiam dan tidak terlalu suka bersosialisasi saja tadi pagi ngechat aku--saat itu aku belum dikantor, baru bangun tidur malah--dia menyuruh aku berangkat kerja, karena di kantor sepi banget.
Aku terkejut, pertama, dia jarang ngechat aku bahkan hampir gak pernah dan probabilitasnya itu terbilang mustahil, lalu kedua, aku tidak pernah berpikir dia akan bermasalah dengan sepi. Dia juga pernah bilang. "Ah dikantor baru nanti sepi, nggak rame kayak di sini."
Aku bertanya-tanya, walau kantor disini (kantor lama) itu rame, perasaan aku tidak pernah melihat dia berbincang (berbincang yang agak lama) dengan orang selain timku. Lalu, bagaimana dia bisa mempermasalahkan soal sepi atau tidak? Aku tidak tahu, cuman aku bertanya-tanya bagaimana itu bekerja.
Aku pernah, hampir terasa mau mati saat di kosan temen, sendirian, gelap, aku benar-benar bisa gila saat itu. Aku merasakan sepi yang... mencekam. Lalu aku memaksa diri untuk keluar dari rumah.
Tapi yang perlu kamu tahu, permasalahannya bukan di sepi atau tidaknya, tapi perasaanmu disaat sepi atau tidaknya itu. :")
Peluk hangat blog ini... uuuuu... aku merasa selalu ada yang mendengarkan, walau tidak semua dapat aku ceritakan. Semoga aku bisa menemukan orang yang mau mendengarkan semua yang ada di kepalaku. Ah tentu saja, aku juga akan mendengarkannya. Bahkan lebih mendengarkan. Kan kita punya dua telinga, mulut cuman satu. Harusnya lebih mendengarkan bukan? :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu